Indonesia adalah Negara Agraris dimana Masyarakat Indonesia hidup dari hasil bumi seperti dari Sawah, Perkebunan dan Pertanian. hasil bumi yang Melimpah membuat masyarakat Indonesia semakin menghargai bumi sehingga masyarakat Indonesia kerap kali mengadakan Syukuran terhadap hasil Bumi yang melimpah yang mampu menghidupi segenap masyarakat Indonesia. Salah satu tradisi syukuran terhadap hasil bumi yang melimpah adalah Ngaruwat Bumi yang dilaksanakan oleh Masyarakat Sunda terutama Masyarakat Sunda di Karawang, Purwakarta, Indramayu, Subang, Lembang, dan Bandung.
Ngaruwat bumi adalah ungkapan syukur atas hasil yang diperoleh dari bumi, Pengharapan setahun kedepan, serta penghormatan kepada leluhur. Ngaruwat Bumi berasal dari Bahasa Sunda (Rawat atau Ngarawat), yang artinya mengumpulkan atau memelihara. Artinya adalah merawat serta mengumpulkan anggota keluarga dan Hasil Bumi berupa Buah, sayur, padi dan lainya yang merupakan Hasil Panen masyarakat. Ngaruwat Bumi juga bisa dikatakan sebagai acara Hajat Bumi. Acara Ngaruwat Bumi biasanya dilaksanakan pada tanggal 14 Muharam, atau pada Bulan September yang dilaksanakan selama dua Hari tepatnya pada tanggal 4 & 5 September. Acara ini biasanya dilaksanakan di tanah Lapang yang luas namun masing masing wilayah kadang berbeda dalam melaksanakan acara Ngaruwat Bumi.
Tarian Ronggeng juga kerapkali ditampilkan dalam acara Ngaruwat Bumi, bahkan bagi masyarakat di Indramayu, Tarian Ronggeng adalah suatu hal yang wajib dalam rangkaian acara Ngaruwat Bumi. Kehadiran Tarian ronggeng bukan hanya sebagai pelengkap dalam acara agar acara Ngaruwat Bumi lebih meriah namun Tarian Ronggeng juga memiliki arti khusus dimana Tarian Ronggeng dianggap sebagai Tarian Penolalak Bala atau Penolak Kesialan. Selain Tarian Ronggeng, selanjutnya acara yang tidak pernah terlewatkan dalam Ngaruwat Bumi adalah Penyembalihan kambing sebagai ucapan rasa syukur pada Tuhan yang maha esa dimana kemudaian danging Kambing tersebut dibagikan kepada seluruh masyarakat. Selain tarian Ronggeng dan Penyembelihan kambing, yang tidak pernah terlewatkan dalam acara Ngaruwah Bumi adalah arak-arakan dari hasil bumi seperti Padi, buah buahan, sayur dan Nasi Tumpeng dimana saat arak-arakan selesai maka seluruh hasil bumi yang diarak Bersama-sama dibagikan kepada masyarakat dan dinikmati Bersama sama.
Nngaruwat Bumi yang dilaksanakan oleh masyarakat Sunda bertujuan Untuk mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan yang maha esa karena telah diberi hasil panen yang berlimpah, untuk menolak bala, untuk pengharapan terhadap hasil panen hingga tahun depan dan menghormati para leluhur karena Ngaruwat Bumi ini telah dilaksanakan ratusan tahun yang lalu dan telah dilaksanakan oleh nenek moyang masyarakat sunda saat ini maka itu acara Ngaruwat Bumi yang sampai sekarang dilaksanakan adalah bentuk penghormatan terhadap nenek moyang atau leluhur masyarakat Sunda. Disisi lain juga dengan acara Ngaruwat Bumi yang dilaksanakan oleh masyarakat Sunda ini memberi dampak lain di kehidupan Sosial Masyarakat yaitu Terjalinya rasa Solidaritas, gotong royong, dan saling menghargai di kehidupan masyarakat Sunda hingga saat ini.
Dengan adanya perkembangan zaman, Tradisi Ngaruwat Bumi mulai ditinggalkan oleh masyarakat Sunda, faktor-faktor yang mempengaruhi mulai ditinggalkanya tradisi ini antara lain adalah adanya perkembangan teknologi dan moderenisasi yang membawa dampak negatif bagi lingkungan, Ketidakpedulian Masyarakat terhadap Pelestaraian tradisi, Ketidakpercayaan masyarakat kepada tradisi ini, dan keterbatasan biaya dan tenaga yang dialami masyarakat dalam melaksanakan tradisi Ngaruwat Bumi ini. namun masyarakat adat sunda di desa Banceuy Subang menerapkan serta mengajarakan Metode S.M.A.R.T dalam melestarikan Tradisi Ngaruwat Bumi kepada generasi muda di desa Banceuy, yang bila dijabarkan menjadi :
- Spesific, Tradisi ini dikhususkan untuk bersyukur terhadap Tuhan Yang maha esa karena telah diberikan panen yang belimpah serta sebagai pengharapan untuk panen dikemudian hari
- Measurable, Dana yang dikumpulkan untuk melaksanakan Ngaruwat Bumi harus terukur artinya dana seluruh masyarakat diminta dengan melihat ekonomi masing masing keluarga
- Attainable, dapat dicapai apabila masyarakat mampu bersatu dan bekerja secara gotong royong dalam menyiapkan acara Ngaruwat Bumi
- Relevant, masyarakat dapat membuat Susunan panitia yang jelas dan mampu bertanggung jawab agar setiap susunan acara terlaksana dengan baik
- Time Bound, artinya waktu dalam melaksanakan acara harus tepat agara acara berlangsung sesuai harapan
Metode S.M.A.R.T ini bukan hanya bertujuan sebagai pedoman agar acara Ngaruwat Bumi dapat terlaksana dengan baik, namun juga sebagai pembelajaran yang dapat membuka wawasan generasi muda tentang pentingnya tradisi Ngaruwat Bumi dan mampu menyadarkan generasi muda agar terus melestarikan Tradisi Ngaruwat Bumi yang merupakan sebuah kearifan lokal masyarakat Sunda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H