Sama sperti TPA di masjidku, ada juga pembagian kelas dengan tingkat materi yang berbeda-beda. Materi yang utama diajarkan adalah materi mengaji atau membaca Al-Qur'an. Kami diajari dari mulai dasar karena pembagian kelas ditentukan dengan kemampuan mengaji masing-masing anak. Anak-anak dengan kemampuan mengaji yang baik dan telah meguasai dasar mmbaca Al-Qur'an bisa masuk ke kelas teratas yaitu kelas tartil. Selain belajar mengaji, ada pula kelas pidato atau ceramah. Dari sini lah aku mulai mengenal dasar tata cara pidato yang baik dan benar. Namun tidak semua murid bisa masuk ke kelas ini, hanya murid-murid tertentu saja yang ditunjuk langung oleh Pak Ngilman yang bisa mengikuti kelas ini.
Pengajar TPA nya ada Pak Ngilman yang tidak lain adalah guru PAI di SDN Penggung III dan mbak Tutik. Sebagai guru pendidikan agam islam, Pak Ngilman adalah sesosok guru yang tegas dan disegani oleh murid-muridnya. Tampangnya yang galak, tidak jarang membuat murid-muridnya ketakutan hahaha. Namun, sayangnya Pak Ngilman sudah pensiun sejak beberapa tahun lalu. Pak Ngilman juga menjadi salah satu guru SD yang masih kerap kutemui. Pak Ngilman juga lah yang dulu mengantarkanku mendapatkan juara 1 cerdas cermat tingkat kecamatan. Kalau urusan bimbing membimbing, beliau jagonya. Meski terkesan galak, jika melakukan bimbingan belajar dengan beliau akan terasa menyenangkan dan akan mudah memahami materi.
Nah, jika mbak Tutik ini sekarang sudah mempunyai toko yang menjual pakan ternak, seperti pakan burung, ayam, dan pelet ikan. Beliau adalah orang yang asyik dan easy going, ramah, dan supel. Aku mewawancarainya ketika beliau main ke rumahku karena diajak ibu untuk petik kapri, hahaha. Saat mengajar pun beliau orangnya sabar, tenang, dan enak penyampaian materinya.
Dan, kita sampai di penghujung artikel tentang orang-orang yang berjasa dalam mengajari ku alifbatatsa. Mereka adalah orang-orang yang berperan penting dalam hidupku sampai detik ini aku sampai di titik dimana aku sudah duduk di bangku kuliah. Mungkin pembelajaran dari mereka lah yang membuatku tidak struggle dengan materi-materi keagamaan yang diajarkan di UIN Malang ini seperti fiqh, bahasa arab, mengaji dan hafalan, dan lain-lain. Setidaknya dari mereka aku memperoleh bekal-bekal untuk melanjutkan di UIN Malang yang sarat akan kampus ulul albab ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H