Oleh : Dilla Ayu Ristanti*
Pilpres 2019, menjadi ajang untuk memperebutkan posisi sebagai pemimpin Bangsa Indonesia. Dimana pemimpin Bangsa Indonesia adalah orang nomor 1 yang berkuasa atas Negara dan dapat mengatur sistem pemerintahannya. Bangsa Indonesia membutuhkan pemimpin yang bisa mewujudkan atau membuktikan bahwa Negara Indonesia bisa menjadi lebih baik lagi dan terus berkembang hingga akhirnya menjadi Negara yang maju. Dan bukan menjadi pemimpin yang hanya bermodalkan janji dengan tanpa adanya suatu tindakan.Â
Berbicara politik dalam Pilpres 2019 ini, banyak partai yang mengusung ideologi atau visi dan misi partai politik itu sendiri agar masyarakat dapat terpengaruhi dan memihak partai. Dengan menjadikan suatu ideologi sebagai keuntungan untuk mendapatkan kekuasaan.Â
Siapa yang tak tergiur dengan kekuasaan? Banyak yang tergiur. Bukan hanya dari kalangan orang yang pandai berpolitik saja tapi ada juga pengusaha, tokoh publik atau artis, jendral, dan tokoh ulama yang memiliki uang, pasti berani untuk terjun ke dunia politik. kenapa? karena mereka memiliki kekuasaan atau popularitas dikalangan masyarakat .
Berbicara tentang kekuasaan, siapa yang tak mengenal pemimpin besar dari bangsa mongol yaitu Genghis Khan. ya, Genghis Khan terkenal dengan kepemimpinannya yang kejam dan bengis pada masa itu. Saat itu bangsa mongol bahkan bukan sebuah Negara, melainkan hanya suku suku kecil yang menguasai daerah-daerah tertentu. Genghis khan ini memiliki strategi untuk mempersatukan suku-suku yang ada di mongol.Â
Pada saat itu untuk mencapai suatu kekuasaan yaitu hanya dengan cara berperang, kejam memang. namun begitulah, jika ia tidak berperang dengan bangsa lain bangsa mongol tidak akan memiliki kekuasaan separuh dunia saat itu. Â
Ia memiliki kekuatan dan kekuasaan dari segi militer yang kemudian terus menerus semakin berkembang. Genghis khan mempersatukan suku-suku di mongol dibawah kuasanya, ia bermaksud agar antarsuku yang ada di mongol tidak terpecah belah dan saling menjaga kedamaian serta sejahtera.
Yang menjadi pertanyan adalah apakah mereka mencalonkan diri sebagai pemimpin bangsa untuk merubah dan memajukan bangsa atau hanya ingin memperluas kekuasaan mereka? menjadi seorang pemimpin itu tidaklah mudah apalagi menjadi seorang pemimpin bangsa karena ia akan memegang tugas dan tanggung jawab kepada rakyat dan negaranya agar dimasa depan lebih tertata dan lebih baik lagi.Â
Menyelesaikan berbagai permasalahan dalam Negara itu sendiri seperti membuka lapangan pekerjaan baru, dengan mengolah hasil kekayaan setiap daerah untuk mensejahterakan masyarakatnya dan lain sebagainya. Kekuasaan itu sendiri adalah kemampuan seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi atau memberdayakan perilaku orang lain atau kelompok lain sesuai dengan keinginan para pemegang kekuasaan.Â
Seseorang dapat memperluas kekuasaannya dengan menggabungkan atau berkoalisi berbagai kelompok penguasa di setiap daerah. Orang yang memiliki kekuasaan biasanya sudah diakui oleh masyarakat itu sendiri.Â
Nah, dari sini munculah beberapa partai yang mengangkat salah satu pion atau pemimpinya untuk melangkah ke jenjang yang lebih tinggi yaitu sebagai pemimpin sebuah Negara dengan naungan partai-partai politik itu.
Sekarang banyak partai-partai besar saling berkoalisi untuk mengangkat calon-calon pemimpin bangsa dalam acara pilpres 2019. Ada 2 kubu dalam pilpres 2019 ini. Yang pertama ada Joko Widodo-KH Ma'ruf Amin serta yang kedua ada Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.Â
Pemimpin Negara Indonesia sebelumnya adalah Joko Widodo, ia memiliki kekuasaan besar dalam sebuah partai dan merupakan presiden RI saat ini. Dalam pilpres 2019 yang akan mendatang ini, Joko Widodo menggandeng KH Ma'ruf Amin sebagai wakilnya.Â
Ya, kedua calon pemimpin bangsa ini memiliki kekuasaan yang kuat didalamnya. Kekuasaan Jokowi memang sudah tak diragukan lagi, ia adalah pemimpin bangsa Indonesia yang dikenal oleh seluruh kalangan masyarakat karena hidupnya dan cara memimpinnya yang merakyat. Hingga Jokowi dengan berani mencalonkan kembali sebagai Pemimpin bangsa Indonesia dengan keyakinan bahwa ia masih memiliki kekuasaan yang luas.
Begitu pun dengan KH Ma'ruf Amin, sebelum ia mencalonkan sebagai calon wakil Jokowi ia merupakan pemuka agama atau tokoh ulama yang besar dan terkenal. Ia sekarang masih menjabat sebagai ketua MUI. Sebagian penduduk di Indonesia mayoritas beragama islam, jadi siapa yang tak kenal dengan Ma'ruf Amin? Semua orang beragama islam mengenalnya. Itu pun menjadi suatu peluang untuk mendapatkan kekuasaan dari masyarakat yang mayoritas beragama islam.Â
Mungkin Jokowi sudah merencanakannya dengan menggandeng Ma'ruf Amin sebagai wakilnya dapat menjadi peluang besar untuk memenangkan pilpres 2019. Menjadikan agama atau keyakinan sebagai keuntungan kekuasaan bukanlah cara yang mudah. Karena dalam dunia politik itu sendiri orang yang bermoral akan kalah dengan orang yang memiliki Kekuasaan. Namun tak menutup kemungkinan untuk saling berkaitan antara moral dan kekuasaan.
Jadi, pilpres 2019 termasuk wadah berpolitik yaitu dimana ada Negara yang menjadi tempat bagi kekuasaan yang mempengaruhi masyarakat yang dalam kekuasaan itu sendiri bukan hanya perorangan tetapi ada partai yang menjadi sarana dan prasana masyarakat untuk menunjukan aspirasi rakyat.Â
Politik itu selalu bertentangan dan selalu berargumen untuk membela partai atau argumennya untuk mencapai suatu cita atau kehidupan yang lebih baik lagi. Untuk para calon pemimpin bangsa Indonesia yang selanjutnya, rakyat Indonesia butuh bukti bukan hanya janji atau omong kosong belaka.
*penulis merupakan mahasiswi mata kuliah ilmu politik, semester 1, jurusan ilmu komunikasi, FISIP.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI