Mohon tunggu...
widi astuti
widi astuti Mohon Tunggu... -

q orang yg simpel, sederhana n berpikir secara logis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Oh...Celengan Ayamku...

5 September 2010   05:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:26 2249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puasa menahan lapar, haus, dan hawa nafsu. Selain itu harus bisa mengendalikan emosi, maka harus banyak bersabar, ya...sabar...itulah yang terkadang sulit dilakukan sebagian orang. Termasuk apa yang barusan menimpa keluargaku hari ini. Tuhan benar-benar menguji kesabaran kami di hari-hari terakhir puasa tahun ini.

Setelah habis sholat subuh, ibu menyuruhku untuk membongkar celengan ayam dari plastik, untuk dana belanja buat lebaran dan kasih ke keponakan-keponakan. Ibu berpikir pasti sudah banyak jumlahnya karena kami mengumpulkan uang itu sudah 2 tahun lebih sejak pertengahan tahun 2008, dan juga tidak perlu bingung menukar karena sudah dalam pecahan kecil 5 ribuan dan 10 ribuan.

Akhirnya, aku, ibu dan adikku menyobek celengan itu.

"Kok...isinya enteng ya nduk", tanya ibuku.

"Ya iya to buk, kita kan ngisinya selama ini dalam bentuk lembaran 2 ribuan sampai 20 ribuan", jawabku.

"Dan juga uang recehnya kan juga dikit buk ngisinya", timpal adikku.

Setelah celengan itu berhasil aku sobek, lalu isinya dilihat ibuku, dan tiba-tiba ibuku menjatuhkan celengan itu kembali.

"Buk...kenapa?", tanyaku.

"Ya ampun nduk...uangnya kok g ada." jawab ibu.

"Ga da gimana to buk..." tanya adikku.

Lalu aku lihat dan aku keluarkan semua isinya. Ya ampun kok cuman ini. Uang di dalam celengan itu hanya tinggal 26 ribu rupiah terdiri dari 1 lbr 5000, 2 lbr 2000, 1 lbr 1000, 20 keping 500, 10 keping 200, dan 40 keping 100. Lalu uang yang selama 2 tahun ini aku kumpulkan bersama orang tuaku itu kemana?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun