Ibuku terus saja menangis, ayahku ngomel-ngomel, sedangkan aku dan adikku hanya bisa diam terduduk lemas. Perkiraan kami uang di dalam celengan itu ada 500 ribuan lebih. Bagi kami uang segitu benar-benar sudah banyak lebih dari cukup. Tapi hilang sudah angan-angan kami.
Menangis, mengeluh, dan menyesal pun tidak ada gunanya toh semua dah terjadi, ibarat nasi dah menjadi bubur. Aku ambil hikmahnya saja dari kejadian ini, mungkin kami kurang beramal.
Ya Tuhan....benar-benar harus belajar untuk sabar.....sabar..... dan sabar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H