Penulis melihat kamar itu fasilitasnya lumayan kumplit ada kamar mandi, kasur, kipas angin dan dispenser. Penulis mulai menyimpan barang bawaannya di lantai. Wanita tadi akhirnya memperkenalkan dirinya. Namanya adalah Riska. Saat itu dia mulai mengorek informasi pribadi penulis. Dengan polosnya juga penulis memberitahunya tanpa berpikir panjang. Tak lama kemudian datanglah seorang wanita cantik berbadan mungil. Wanita itu masuk ke kamar tanpa permisi. Duduk begitu saja, seperti orang yang sudah kenal lama.
Penulis masih agak kaget dengan kedatangannya. Namun tak berapa lama ada laki-laki usia sekitar 35an juga berdiam diri di depan pintu penginapan. Yang membuat penulis tak nyaman saat itu adalah asap rokok yang ditimbulkan pria itu. Tak berapa lama gadis cantik itu meminta satu batang rokok dan mulai menyedotnya lalu meniupkannya. Tentu saja penulis merasa sesak, karena wanita itu hanya berjarak beberapa jengkal saja. Dan yang lebih mengejutkan wanita itu menawarkan satu batang rokok. Saat itu penulis tolak keras permintaannya.
Suasana benar-benar sudah tidak nyaman. Berharap mereka segera pergi dari kamar. Seakan tuhan mendengar doa ini, mereka tiba-tiba keluar dari kamar penulis dengan alasan mau mandi dahulu untuk siap-siap bekerja.
Baru saja berada dalam kamar sekitar lima belas menit. Tiba-tiba terdengar suara orang mengentuk pintu. Saat dibuka, tiba-tiba teteh riska menarik tangan menuju kamarnya. Penulis melihat wanita yang mungil itu sedang berdandan menggunakan handuk. Sungguh tak paham dengannya, apa dia tidak malu, soalnya disana ada pria tadi dan dia tepat duduk di hadapannya. Ohh now ya allah tempat macam apa ini. Saat itu penulis ingin pulang saja ke Bandung.
Kemudian wanita cantik itu menanyakan fb dan stasus penulis. Demi keamanan tentu saja harus berbohong dan bilang tidak memiliki akun facebook dan sudah punya pacar. Meskipun begitu wanita itu tetap saja meminta photo. Penulis coba menolak permintaannya. Dengan beralasan untuk ke kamar karena belum mandi. Setelah sampai penulis langsung mengunci pintu dan mematikan lampu. Tidur dengan rasa gelisah. Penulis lihat jam di ponsel sudah menunjukan pukul Sembilan malam. Tak lama terdengar kembali suara memanggilnya dan mengetuk pintu. Saat itu penulis membiarkannya saja dan memilih tetap tidur.
Tengah malam tiba-tiba terbangun, dengan suara nyanyi dan music yang keras. Saat diintip di balik jendela, penulis melihat bangunan di sebrang penginapan mirip dengan sebuah club malam. Disana ramai wanita dan pria berjoget. Ahhh akhirnya penulis mengerti bahwa tidak beres dengan tempat ini. Setelah adzan awal subuh berkumandang, penulis langsung mandi dan mengemasi barang. Tak lupa berpamitan kepada pemilik penginapan yang sedang ada di warungnya.
Dini hari itu masih gelap, pemilik warung meminta penulis pergi saat sudah ada matahari. Namun penulis bersikeras untuk tetap pergi. Sebelum pergi penulis memesan nasi goreng untuk mengisi perut agar tidak sakit. Setelah beres penulis langsung menanyakan berapa total biaya menginap dan makanan yang di pesan. Pemilik warung malah bilang bagaimana penulis saja. Tentu saja bingung, akhirnya penulis memberikan uang 120 K. Namun saat pergi, ibu itu memanggil dan mengembalikan uang 50K kepada penulis. Katanya buat ongkos saja. Hahahahah mungkin karena solo backpacker penulis jadi di kasihani. Namun saat itu berpikir ini adalah rezeki dari Allah.
Pagi itu dengan gelap penulis mulai berjalan menuju pantai dengan bantuan senter handphone. Pagi itu pantai masih sepi. Penulis duduk di pasir putih sendirian. sambil sesekali merenung dan mengabadikan momen dengan photo menggunakan tripod dan beginilah hasilnya.
Suasana gemuruh ombak, begitu menentramkan jiwa. Kala itu penulis sedang galau menghadapi cercaan orang-orang di sekitarnya, tentang keputusanku untuk mengambil kuliah di dua jurusan dengan kampus yang berbeda. Penulis bertanya pada alam , apakah keputusan yang yang di ambil sudah tepat. Sambil memandang gulungan ombak di pantai sambil berdoa, semoga bisa diberikan pundak yang kuat untuk menanggung semua keputusan yang telah diambil. Semoga Allah juga menunjukan jalan kemudahan saat itu.
Setelah pukul 05:00, sudah mulai ada beberapa orang yang datang ke pantai. Penulis melihat ada yang bersama keluarga dan teman-temannya. Sungguh indah momen indah ciptaan-Nya kala itu.
Setelah agak terang, penulis mulai berjalan menuju pantai dengan ombak sedikit besar. Penulis berlarian saat ombak besar datang, dan mengejarnya ketika air kembali. Bermain air setidaknya bisa menenangkan pikirannya.