Mohon tunggu...
Dias Ashari
Dias Ashari Mohon Tunggu... Penulis - Wanita yang bermimpi GILA, itu akuuu..

Mantan Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Waspadai Kejahatan yang Terjadi di Apotek atau Klinik (Part 1)

21 Oktober 2020   11:06 Diperbarui: 21 Oktober 2020   18:31 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waspadai Kejahatan yang Terjadi di Apotek/Klinik Part 1

Kejahatan bisa terjadi dimana saja tak terkecuali di pelayanan kefarmasian seperti Apotek. Kali ini penulis ingin membagikan beberapa pengalaman baik yang penulis alami secara langsung atau berdasarkan pengalaman rekan kerja penulis.

1. Uang palsu

Uang palsu ternyata tak hanya beredar di pasar saja namun ada pula yang berani membelikannya ke Apotek. Pelaku memang sangat pintar mengambil kesempatan dengan mengecoh pelayan. 

Ketika itu penulis sedang bekerja di Klinik, hari itu pasien membludak tidak seperti biasanya. Melayani pendaftaran pasien, mengambilkan status rekam medis pasien, menerima uang, menghitung resep, menuliskan obat ke dalam komputer dan menjelaskan obat sekaligus dilakukan oleh penulis.

Biasanya ketika menerima uang penulis tidak lupa mengecek uang dengan cara 3M. Terlebih jika uang yang diberikan pasien diberikan dengan cara menggulungnya. Namun sialnya hari itu karena sibuk penulis tidak sempat melakukan hal tersebut. 

Penulis pun tidak ingat kapan menerima uang palsu tersebut. Hingga ketika klinik sudah tutup dan penulis menghitung pemasukan uang dan membereskannya baru uang palsu itu diketahui. Uang itu benar-benar uang mainan berukuran lebih kecil dari uang asli. Kertas yang digunakan pun khas sebagaimana uang mainan anak-anak.

Karena sikap yang kurang hati-hati akhirnya penulis harus mengganti uang 100 K. Rasanya gendok dalam hati namun semoga ini bisa menjadi pelajaran baik bagi penulis atau pembaca yang berprofesi sama.

2. Uang kembalian

Kejadiannya saat itu penulis melayani seorang pembeli di Apotek yang membeli obat oskadon 2 strip saja sementara uang yang diberikan berjumlah 100 K. Penulis bertanya kepada pembeli tersebut apa punya uang pas. Selain menghemat uang receh hari itu pun masih pagi jadi memang uang receh yang tersedia belum banyak.

Pembeli itu akhirnya tetap memberikan uang 100 K-nya dan penulis dengan teliti mengambil uang kembalian sebesar 96 K. Penulis sangat sadar uang pecahan yang diberikan adalah selembar 50 K, selembar 20 K, 2 lembar 10 K, dan 3 lembar uang 2K.

Entah sihir apa yang digunakan baru saja beberapa detik pembeli itu keluar membelakangi penulis, dia mengajukan komplain. Uang 50 K yang berada di bawah mendadak berubah menjadi uang 2K. Di sana penulis dan pembeli saling beradu argumen hingga akhirnya penulis mengalah karena tidak ada bukti dan memang tidak ada kamera CCTV di Apotek tersebut.

Ingin marah rasanya saat itu namun tak ada daya. Coba bayangkan keuntungan yang dia dapat uang 100 K nya kembali dan dia mendapat tambahan 46 K dan mendapat obat pula. Satu tips dari penulis jangan menerima pembeli dengan uang besar jika obat yang dibeli kurang dari 10 K. 

Memang tidak semua pembeli bersikap seperti itu namun hal ini untuk meminimalisir kejahatan yang terjadi. Adapun jika terdesak sebelum memberikan kembalian rincikan uang yang kalian berikan agar dirinya benar-benar melihat pecahan uang yang kita berikan.

3. Mengambil uang

Kejadian ini dialami rekan kerja penulis di Klinik. Saat itu rekan kerja penulis ini masih berstatus anak SMA yang masih belajar. Entah apa yang membuat pemilik mempercayai dia untuk berjaga di Apotek milik Klinik untuk bekerja seorang diri. Posisinya hari itu rekan kerja penulis bekerja bagian middle dari jam 11siang - 4 sore.

Ketika itu rekan penulis yang jaga pagi pulang terburu-buru karena sedang ada keperluan pada jam 12 siang. Tak lama berselang datanglah seorang laki-laki berusia sekitar 40 tahun dan mengaku sebagai seorang pengantar obat. Dia berkata akan mengambil uang tagihan tanpa faktur. Namun karena yang jaga adalah karyawan baru dia belum paham dan salahnya dia tidak chat pemilik terlebih dahulu.

Seolah di hipnotis rekan kerja penulis diminta mengambil uang di tempat yang sudah tersangka ketahui. Dan yang lebih gila tersangka tersebut masuk ke dalam area Klinik yang dipasang kamera CCTV dan mengambil uang kas sebesar 700 K. Sebelum masuk dirinya pura-pura menelepon Apoteker Klinik dengan dalih mengkonfirmasi tanda bukti faktur akan disusulkan sore hari.

Tersangka berhasil mengambil uang dan langsung pergi. Setelah itu rekan kerja penulis baru sadar kenapa dia harus memberikan uang tanpa bukti. Ia pun menelepon Apoteker untuk mengkonfirmasi telepon dari tersangka. Naas Apoteker berkata tidak menerima telepon dari siapa-siapa. Tersangka sudah mengelabuhi rekan kerja penulis.

Beruntung saat pemilik tau dirinya tidak minta ganti rugi terhadap uang tersebut. Pemilik mengikhlaskan uang tersebut dan memberikan peringatan kepada seluruh karyawan untuk lebih berhati-hati. 

Ketika kamera CCTV diperiksa ternyata pelaku sudah mengintai beberapa jam sebelum kejadian. Adapun ketika ia masuk mengambil uang dia menutup kaca helm yang berwarna hitam jadi wajahnya tak terlihat. Hal ini menjadi perhatian khusus kepada kita untuk tidak mudah percaya. Terlebih tersangka nekad padahal ada kamera CCTV di Klinik tersebut.

4. Menagih kembali tagihan yang sudah di bayar

Kasus ini biasanya terjadi pada depkolektor yang curang. Kejadian ini menimpa rekan kerja penulis di Apotek. Saat menagih faktur kolektor tersebut tidak menandatangani faktur asli. Entah kenapa faktur asli tu terbawa lagi oleh kolektor sehingga dikemudian hari dia menagih kembali.

Rekan kerja penulis yakin bahwa faktur tersebut sudah di bayar karena uang yang disiapkan pemilik sudah tidak ada. Namun karena bukti faktur asli yang belum ditandatangani lunas itu berada di tangan kolektor, rekan kerja tidak bisa mengelak lagi. Di sini kita belajar untuk selalu tidak meremehkan hal kecil. Dimana hanya sebuah tanda tangan berakibat menghilangkan uang sekitar 1 juta. Akhirnya dengan lemas rekan kerja penulis harus mengganti uang tersebut dengan uang gajinya.

5. Uang Kurang

Ketika menerima uang dari pembeli berbentuk uang receh maka kita tidak boleh langsung percaya jumlahnya benar. Banyak terjadi ketika kita menghitung ulang ternyata uang tersebut tidak sesuai dengan jumlahnya.

Tips untuk yang satu ini kita harus menghitung ulang depan pasien untuk mengkonfirmasi jumlah uang. Jadi ketika ada hal yang tidak diharapkan kita bisa komplain langsung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun