Mohon tunggu...
Diar Rosdayana
Diar Rosdayana Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

supel, humble, senang berteman

Selanjutnya

Tutup

Politik

Perang Khandaq, PKS, dan Mental Para Penakluk

7 April 2013   09:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:35 2461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Syahdan menjelang Perang Khandaq terjadi, tentara kaum Musyrikin bergerak dengan penuh keyakinan dapat menaklukkan Madinah, serta mengakhiri perjalanan dakwah Nabi Muhammad. “Kali ini habis sudah riwayat Muhammad dan ajarannya!”, kira-kira begitulah jalan pikiran yang terngingang-ngiang dalam kepala mereka sepanjang perjalanan menuju Madinah.

Perang Khandaq adalah perang yang terjadi pada bulan Syawal tahun 5 Hijriyah atau pada tahun 627 Masehi. Perang ini dipelopori oleh pasukan gabungan antara kaum kafir Quraisy Mekah dan Yahudi Bani Nadir untuk mengepung Madinah yang saat itu dikuasai kaum Muslimin, karenanya Perang ini disebut juga sebagai Perang Ahzab (perang persekutuan, koalisi). Keyakinan kaum musyrikin untuk mengalahkan kaum muslimin sangat dimaklumi. Betapa tidak, dengan kekuatan pasukan sebanyak 10.000 orang dengan 600 kuda, hasil koalisi pelbagai pihak yang ingin menghentikan aktivitas dakwah Rasulullah itu, rasanya hampir mustahil serangan gabungan ini bisa ditahan, apalagi dipatahkan. Perlu diketahui juga, bahwa saat itu kaum muslimin hanya berjumlah kurang dari sepertiga kaum musyrikin, 3000 orang.

Namun di sini kita tidak akan membahas detil perang ini, saya hanya ingin menyampaikan salah satu hikmah penting yang terjadi di dalamnya.

MENTAL PARA PENAKLUK!

Sebelum Perang ini terjadi, kaum muslimin melakukan penggalian parit di batas kota Madinah atas usulan dari Salman Al Farisi. Sebuah strategi perang yang bahkan diakui oleh kaum musyrikin sebagai strategi luar biasa yang tidak pernah terjadi di kalangan Bangsa Arab. Ketika pernggalian parit berlangsung, para sahabat menemukan sebuah batu besar dan keras yang tidak bisa dihancurkan, kemudian mereka melaporkannya kepada Rasulullah. Kisah selengkapnya sebagai berikut.


“Ketika perang Khandaq, kami menemukan sebuah batu besar yang keras di salah satu parit yang tidak bisa dipecahkan dengan cangkul. Lalu kami mengadukan hal itu kepada Rasulullah. Maka beliaupun datang sambil membawa cangkul kemudian mengucapkan, “Bismillah”. Selanjutnya langsung memukul batu itu dengan sekali pukulan. Kemudian mengucapkan, “Allahu Akbar, telah diberikan kepadaku kunci-kunci kerajaan Syam. Demi Allah, saat ini aku benar-benar melihat istana-istananya yang (penuh dengan gemerlapan).” Kemudian beliau memukul tanah itu untuk yang kedua kalinya. Maka terpecahlah sisi yang lainnya. Lalu beliaupun bersabda, “Allahu Akbar, telah diberikan kepadaku negeri Persia. Demi Allah, aku benar-benar melihat istana kerajaannya yang penuh dengan gemerlapan sekarang ini.” Lantas beliau memukul tanah itu untuk yang ketiga kalinya seraya mengucapkan, “Allahu Akbar”. Maka terpecahlah bagian yang tersisa dari batu itu. Kemudian beliau bersabda, “Allahu Akbar, aku benar-benar diberi kunci-kunci kerajaan Yaman. Demi Allah, aku benar-benar melihat pintu-pintu Shan’a dari tempatku ini.” (Al-Mubarakfuri, 2005)

Subhanallah. Di saat-saat genting menghadapi perang besar, dengan kondisi sangat dingin di malam hari, terik panas di siang hari, perut kaum muslimin yang selalu dalam keadaan lapar, bahkan Rasulullah sampai mengganjal perut beliau dengan batu untuk mengurangi rasa lapar yang dirasakan. Namun kita bisa meihat optimisme seorang pemimpin dan kekuatan tekad para prajuritnya. Dalam kondisi yang sedemikian menekan, Rasulullah bukan hanya mengajak kaum muslimin untuk bertahan dan memikirkan perang Ahzab yang ada di depan mata, namun lebih jauh dari itu, beliau menanamkan visi besar bagi kaum muslimin, yaitu pembebasan dunia, pemenangan demi pemenangan imperium dan kerajaan besar pada saat itu, kerajaan Syam, negeri Persia dan kerajaan Yaman. Inilah salah satu kekuatan dan karakter khas kaum muslimin sejati: MENTAL PARA PENAKLUK!

HUBUNGANNYA DENGAN PKS?

Tidak berlebihan jika kiranya saya menganggap PKS memiliki karakter yang sama dengan kisah di atas, ya, Mental Para Penakluk! Betapa tidak, sejak awal kemunculannya, partai ini mengalami berbagai tantangan dan cobaan. Berbagai fitnah, hinaan dan pelecehan sudah tidak bisa dihitung jumlahnya, bahkan kadang saya merasa, mungkin belum disebut sebagai kader PKS kalau belum pernah minimal dihina dan dilecehkan, selain memang karena begitulah tabi’at dakwah,


“Demikian, telah kami adakan bagi tiap-tiap Nabi, musuh dari orang-orang yang berdusta.” (Al Furqan [25]: 31)

“Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup.” (Al Baqarah [2]: 217)

‘Serangan’ terakhir yang cukup besar adalah kasus LHI, yang meskipun proses hukumnya belum selesai, namun hampir semua pihak dan berbagai media sudah menempatkan LHI dan PKS sebagai pihak yang terbukti bersalah dan layak untuk dihancurkan. Namun apa yang dilakukan oleh PKS? Manajemen konflik berjalan sangat baik. Regulasi kepemimpinan segera dilakukan, tidak perlu hotel berbintang, tidak perlu biaya besar, tidak perlu KLB. Anis Matta langsung tampil sebagai nahkoda pengganti LHI.

Konsolidasi segera dilakukan. Semangat kader kembali naik dan solid. Perlahan tapi pasti, hasilnya terwujud, pemenangan demi pemenangan segera dilakukan. Jawa Barat dan Sumatera Utara kembali ‘dibebaskan’, berbagai Pemilukada tingkat Kabupaten dan Kota juga tidak ketinggalan. Bahkan dalam waktu dekat ini, mereka akan ‘membebaskan’ Jawa Tengah yang katanya merupakan ‘Basis Merah’, apakah mereka gentar? Nampaknya tidak. Seperti ungkapan Sang Soekarno Muda: BONGKAR!

Begitulah, PKS dan pemimpinnya tidak terlena dan meratapi kesedihan, lebih jauh dari itu, ia menanamkan optimisme dan visi besar para kader sebagai aktivis dakwah, “Ini adalah peristiwa yang membangunkan macan tidur PKS!”. Ya, ia mengingatkan bahwa kader PKS tidak boleh terus terlena dan tertidur, PKS harus sadar dengan kekuatan dan potensi dirinya, ia harus terus ‘mengaum’ dan bekerja lebih keras dan lebih bersemangat, karena PKS ada bukan untuk menghadapi kerikil-kerikil kecil berupa hinaan, pelecehan atau fitnahan. Visi PKS jauh lebih besar dari itu, membawa perbaikan bagi Indonesia dan menjadikan Islam benar-benar Rahmatan Lil’aalamin, InsyaAllah.


SELAMAT DATANG PARA PENAKLUK!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun