Mohon tunggu...
Ni Ketut Tini Sri
Ni Ketut Tini Sri Mohon Tunggu... -

Belajar menulis tentang keseharian yang tertuang dalam kisah fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Haid vs Laki-laki

30 Juli 2012   06:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:27 5399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

"Bukan. Bawaan kamu tuh, manyun mulu."

"Gara-gara kamu! Menghilang sperti dedemit. Hape nggak aktif. Di telphon ke kantor, keluar mulu. Tapi seliweran di FB. Pasti punya ttm di facebook ya?!"

"Lah, ak...."

"Apalagi itu, teman laki-laki kamu yang gay itu. Nempel terus ama kamu. Kamu kemana, dia selalu ikutan. Komen mesra pula. Nggak nyadar apa tindakan kalian dilihat publik?!"

"Sayang....kok larinya ke...,"

"Pokoknya aku nggak suka. Kesel... kesel... kesel!"

Setelahnya, dapat dipastikan saya akan memutuskan telephon atau terkadang jika sedang chatting saya akan memadamkan aliran listrik agar tidak dapat menyalakan netbook saya. Kesal lihat wajah dia kalau video call-an.

Namun ini hanya berlangsung satu atau dua hari saja. Selanjutnya bisa dipastikan lagi saya akan meminta maaf dan menangis di telephon. Menuntut dimanjakan kembali. Tentunya disertai satu alasan yang tidak akan pernah membuat dia balik memarahi saya atau ngambek berhari-hari.

"Honey, kamu benar. Tadi pagi sewaktu bersih-bersih di kamar mandi, aku lihat di celana ada merah-merahnya. Aku dapat." Saya akan diam sesaat menunggu reaksinya. Jika dia diam terus maka saya akan melanjutkan rayuan. "Honey, maaf'in aku. Jangan marah yaaa. Eh, kamu hebat deh. Tahu aja kalau aku mau datang bulan."

Terkadang, rayuan saya juga tidak mempan. Alhasil saya harus jungkir balik mencari cara lain. Memohon, memelas hingga mengeluarkan jurus pujangga pas-pasan yang saya miliki. Ngibul pun akan saya lakukan jika terpaksa. Tetapi bersyukur sampai hari ini saya belum mencoba resep 'berbohong demi kebaikan'.

Berkali-kali juga saya harus bersyukur memiliki kekasih yang pemaaf. Walaupun sedikit temperamen tetapi si dia selalu berbaik sangka dan selalu memaafkan saya. Paling banter ujung-ujungnya dia bilang, "Dasar perempuan!" Selanjutnya dengan senang hati kami kembali bermesraan. Walau berjauhan. Dia di Timur katulistiwa, saya di Barat-nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun