Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Lansekap Berbukit Rendah

15 Mei 2024   20:58 Diperbarui: 15 Mei 2024   21:01 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjalanan juga ke selatan
Melewati bukit rendah dengan pohon yang menjulang

"Apakah garis-garis horizontal masih ada di bukit rendah?" tanyaku, akhirnya

Lalu waktu membiarkan sekejab mengitari lansekap berbukit rendah
Dengan angin yang bertiup kencang dan juga guguran daun jati

Cepat kulintasi bukit rendah
Mengagumi lansekapnya di cepat waktu
Sebelum lalu lambaian tangan juga kembali menjauh

"Mungkin nanti masih ada waktu ketika bulan semakin merah,"  katamu sebelum kalimat menjadi semakin samar

"Apakah untuk menyusuri lansekap berbukit rendah?" tanyaku kembali

Arah toh terus menjauh ke selatan
Menunggu waktu saat rumput mengering dan bulan memerah
Ketika induk burung hantu menciap menanda malam, sambil mendekap anaknya dengan sayap berwarna kelabu

"Mungkin," jawabmu, sesamar biasanya

**

Aku menanti waktu menyusuri lansekap berbukit rendah dengan pohon-pohon yang menjulang

Ketika bulan pucat menatap bukit-bukit batuan karst dan pelepah kelapa menanti pagi
Ketika angin pelan berhembus
Dan ketika awan berarak di langit malam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun