My father came to my dream and comforted me. I was extremely exhausted last night.
It was a combination of a busy day, heatwave, and jet lag residue. But I had to read my textbook and work on a homework project. I nodded off in front of my laptop, in the middle of my reading.
Then my father came in my dream. I didnt have to see his face to know that it was him.
Silently, he hugged me, and then we swayed, just like that father-daughter dance on a wedding day. I heard an instrumental music in the background, playing a hymn that I often sang at church when I was growing up.
Suddenly I woke up, and I tried to process what just happened. I turned off my laptop and went to sleep, hoping that my father would return to my dream.
Thank you, Bapak, for taking care of me, even when youre no longer with me physically. Rest in peace.
**
Sharingnya membuat saya berpikir pada sisi bapak. Tentu menemani Vero tumbuh adalah hal yang menakjubkan. Bergembira ketika Vero selesai di sekolah-sekolah Tarakanita, kuliah dan lalu bekerja. Sebelum kemudian menikah.
Gembira ketika Vero pamit ke pergi ke Amerika. Sambil rapat dan kuat menyimpan gelisah dan rindunya bila rasa kangen tiba nanti. Sambil mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja.
Saya mengenang bapak sebagai pribadi yang santun dan halus. Pun ketika di kota seperti Jakarta yang sudah lebih egaliter.
Pasti juga berlinang air mata ketika satu per satu kabar kelahiran cucunya dari Vero diterima. Menyimpan kembali rindu yang karena pertemuan tidak selalu dapat dengan mudah terjadi.
Saya yakin menunggu Vero dan keluarganya pulang adalah hal penting yang akan dilakukannya sambil membuka jendela ketika hari baru tiba di pagi hari. Bahwa waktu Vero akan pulang sudah sehari lebih dekat, meski tidak selalu diketahui kapan akan tiba.
**