Masa-masa sekolah yang penuh pendampingan, seorang ibu  tidak ada waktu untuk merasa jemu. Memastikan semua sudah ditatasiapkan dengan sepenuh hati: sepatu, kaos kaki, baju seragam, ikat pinggang, kaos dalam. Juga melongokpastikan semua sudah terbawa sesuai skedul: buku-buku, alat tulis, uang saku pun makanan kudapan di sekolah.
Membayangkan keluarga kecil Ridwan Kamil berdiskusi tentang studi lanjutan Eril di Jerman adalah bayangan tentang semangat dan harapan. Meski semua lalu cepat berubah. Diluar duga dan jauh dari kira.
***
Eril terhanyut arus sungai Aare di bilangan kota Bern di negeri Jerman. Setelah hari-hari penuh harapan dan doa, Eril belum juga ditemukan. Semua daya dan usaha sudah dikerahkan. Semua ihktiar sudah ditempuh.
Saat kembali ke tanah air harus diputuskan. Ucapan selamat tinggal harus dituliskan. Tentu dalam hati yang remuk-redam. Dalam harapan yang harus terus ditumbuhkan.
Dari situasi sulit keluarga Ridwal Kamil, kita justru diteladankan bagaimana semua perlu saling mendukung. Bagaimana semua saling seiring dan sejalan. Dari situasi sulit keluarga Kang Emil, kita juga belajar bagaimana makna sebuah keluarga dibangun. Family means nobody left behind. Tidak ada satupun yang ditinggalkan. Meski bila harus dipeluk dalam doa yang melintasi ruang dan waktu. Kiranya semua terjadi dalam kehendak Tuhan Semesta Alam.
***
Salam dan doa untuk keluarga Kang Emil. Tabah, sabar dan ihklas. Insha Allah.*
Solo, 4 Juni 2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H