Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Pagi Menanti di Tikungan Jalan

21 April 2021   21:04 Diperbarui: 21 April 2021   21:09 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi juga masih menanti di tikungan jalan
Ketika tetiba aku memiliki banyak waktu menyusuri punggung gunung di sebelah utara
Menyisipkan waktu di antara pagi yang bertambah dingin

Rasanya belum terlalu lama kaki-kaki mengayun di atas paving block
Di tepian pagi pada sisi sungai berarus lambat

"Waktu sudah mengubah banyak hal," katamu

"Iya, banyak hal juga mengubah waktu," kataku, pada pagi yang lain

Lalu kita menamai waktu sebagai kesempatan
Kesempatan untuk menyisirlewati sisi-sisi waktu yang tidak sepenuhnya dapat dimengerti, pun dipahami

Tetapi masih selalu ada pagi, saat kesempatan semakin menyenja

Pagi yang menanti di tikungan-tikungan jalan

| Surabaya | 21 April 2021 | 17.58 |

Selo. Dokpri.
Selo. Dokpri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun