Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Di Antara Guguran Lava Pijar dan Kerlip Kunang-kunang

19 Januari 2021   17:36 Diperbarui: 19 Januari 2021   18:05 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ke rumah Mbah Wir pada malam hari perlu membawa lampu senter. Karena jalannya gelap.

"Kae, deloken genine ndledek," kata Bapak menunjukkan lava yang meleleh di sisi jauh,  menuruni punggung gunung Merapi. Gelap seringkali adalah benderang. Di persawahan, kunang-kunang berterbangan di gelap malam. Pada bagian jalan-jalan yang gelap, wajah bapak tidak terlihat. Hanya terlihat bara dari rokok tembakau lintingan yang sesekali dihisapnya. Saya menggenggam tangan Bapak yang kokoh, dan kami terus melangkah ke rumah Mbah Wir.

Begitulah Bapak mengajarkan cinta pada malam dan gelap.

| Jalan Hasanuddin | 11 Januari 2021 | 13.00 |

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun