"Mampirlah kita ke tepian laut," kata perempuan kecil yang banyak tidur sepanjang perjalanan
Saat hujan deras
Saat melewati pohon-pohon jati
Juga saat melewati malam
Pada halaman masjid dengan jam besar di teras, lalu kami berhenti
Setelah menyeberangi jalan yang mengerikan dengan mobil-mobil dipacu-laju, seperti malaikat-malaikat kematian yang berlalu-lalang menawarkan tanya: kapan waktumu boleh kuhentikan?
Aroma laut bertebaran di halaman masjid
Ikan asin dijemur di antara sela rumah dan tepian laut
"Aku suka bau laut," kata perempuan kecil
Mungkin karena ia, perempuan kecil itu, hadir di tepi laut
Ketika banyak hujan mengguyur tepian laut dan tangkapan melimpah
Ikan-ikan memenuhsesaki jala-jala nelayan, meski ombak bergelombang meninggi
Tidak ada gemuruh yang menenangkan selain gemuruh laut
Tidak ada warna biru yang lebih indah, selain warna biru yang dipantulkan air-air laut
"Laut bukan laut kalau tidak ada gelombang. Iya kan, Pa?" katanya sambil meniti dam penahan gelombang dan dua tangannya terentang serupa cadik
| Juwana | 15 Desember 2019 | 09.00 |
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H