Ahli psikologi mungkin akan mendefinisikan tindakan ini sebagai bullying. Karena menempatkan perspektif anak-anak sebagai obyek. Tetapi bagaimana para bapak-ibu guru dulu berlaku keras untuk membangun karakter tidak sama sekali dipahami sebagai tindakan intimidasi. Memukul dengan lidi, menjewer telinga atau bahkan melempar dengan penghapus papan tulis. Ketika sekarang banyak guru dikasushukumkan oleh sementara orang tua murid justru karena jerih payahnya dalam mendidikkuatkan anak-anaknya.
Sejatinya tidak banyak hal yang berubah secara signifikan. Hal mana lalu membuat banyak orang tidak sabar. Sistem evolusi yang dipahami cukup lambat. Revolusi Industri atau Revolusi Bolshevik adalah salah dua jawaban untuk membuat hal menjadi lebih cepat terjadi.
Â
Tetapi melakukan revolusi harus dilakukan dengan tekad dan otoritas yang besar. Seperti bagaimana para pemilik kapital menggerakkan perekonomian. Tidak bisa hanya dengan memasang baliho-baliho besar tetapi kosong didalamnya. Dan yang penting adalah menjagatingkatkan kualitas substansinya. Bukan mengosongkan isinya.
Bagaimana Mbak Wahyuni, kakak kelas semasa SD yang malah memanggil saya Mas, membuat bungkusan tempe yang berisi lebih dengan banyak lapisan dalam satu kemasan adalah terobosan yang luar biasa.
Tetap menjaga kualitas. Tetap lebih menghemat daun. Tetap lebih menghasilkan tempe yang gorengable. Tetap mempertimbangkan daya beli para tetangganya. Tetapi juga menghasilkan added-value atas kualitas tempenya yang memang sudah bagus.
| Posong | 13 Desember 2020 | 7.01 |
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H