Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

TKP Para Teroris: Ketakutan, Kekhawatiran, dan Kepanikan

2 November 2020   15:45 Diperbarui: 2 November 2020   15:48 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Saya banyak belajar tentang keihklasan dan kerelaan. Dua hal yang pada akhirnya membawa keteguhan dan kekuatan serta kegembiraan untuk menjalani setiap pengalaman. Sambil menjadi koster, oleh romo paroki saya difasilitasi mengambil bekal kursus otomotif selama setahun. Selepas SMP. 

Saya dari keluarga miskin, tidak ada cukup uang untuk menempuh jenjang studi yang lebih tinggi. Pada tahun keempat, saya dibantu romo paroki untuk mendapat pekerjaan sebagai tukang las di bilangan Bogor. Ketika memutuskan pulang, kebetulan ada jalan untuk mendapat pekerjaan di Denggung ini. Saya jalani sampai sekarang," tutur Gandi tentang pengalaman yang diamini sebagai jalan hidup. Yang perlu dijalani dengan rasa syukur.

Bekal sebagai koster selama empat tahun membawa Gandi menjadi pribadi yang ulet dan disiplin. Tekun dan tepat waktu. Perjalanan sekitar empat puluh lima menit dari rumahnya di dusun kecil ke Denggung dengan sepeda motor tidak mengurangi kedisiplinannya sampai di usia lima puluh empat tahun sekarang ini.

"Ya pokoke tak syukuri. Apapun pengalaman yang saya terima, semua adalah jalan hidup yang harus ditempuh," kata Gandi, ayah dari anak laki-laki semata wayang yang juga gigih bekerja sampai ke Suriname.

Ada sekian ribu koster di seluruh dunia. Tersebar di bangunan gedung gereja Katolik. Mereka setia bekerja dalam sepi dan sunyi. Sebagian sama sekali tidak mendapat akses publikasi. Sebuah pekerjaan di balik layar untuk penyelenggaraan ekaristi yang sesuai tata dan aturan liturgi dengan sejarah sangat panjang. 

Berjalan pelan selama ribuan tahun. Membawa akar wangi pengurbanan seorang nabi yang tidak dihormati di tanah kelahirannya. Nabi yang sama sekali jauh dari kaya dan kuasa. Burung mempunyai sarang, serigala mempunyai liang. Tetapi Sang Nabi tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepalaNya.

Salah satu koster, Vincent Loques, dibunuh ketika bertugas secara sunyi di balik dinding Katedral Notre Dame di Nice, Perancis. Bersamanya terbunuh seorang oma. Juga seorang ibu Simone Bareto Silva yang sangat mencintai anak-anaknya.

"Tell my children, I love them," kata Simone sesaat sebelum terkulai dijemput ajal.

Vatican mencatat peristiwa itu sebagai terbawanya kematian di tempat yang penuh cinta. Vincent, seorang oma sepuh dan Simone adalah tiga orang yang pagi itu sedang menebarkan cinta. Disamping lainnya. Maka Katolik, menurut Paus Fransiskus, tidak sekedar dogma tentang dosa, surga atau neraka. 

Lebih dari itu, Katolik adalah cara mengungkapkan cinta kepada Tuhan dengan sebisa mungkin menaburkan cinta kepada siapa saja yang dijumpai. Terlepas dari keterbatasan cara, kekurangan pengetahuan atau ketidakmampuan tindakan.

Awal dari peristiwa itu dan rentetan kejadian sesudahnya adalah bagian dari trilogi ketakutan, kekhawatiran dan kepanikan yang menjadi kredo para penyebar terror. Siapapun pelakunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun