Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kematian yang Menghidupkan, Sebuah Catatan dari Rantepao

23 Oktober 2020   20:40 Diperbarui: 24 Oktober 2020   15:34 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Saya bermimpi akan berada di Toraja saat ada pesta pemakaman. Tempat yang eksotik. Tahun lalu sudah saya susun rencana perjalanan, tetapi agaknya bukan rezeki. Saya batal berangkat," tulis Sandra, katakan saja begitu, dalam aroma gelisah atas perjalanan yang tertunda.

Yosephine, salah satu pemilik penginapan di Jalan Sam Ratulangi bercerita. Semasa sebelum pandemi, kamar-kamar hotel selalu penuh pada waktu tertentu. Rumah orangtuanya disepakati diubah sebagai penginapan bersama saudaranya. Pilihan yang tidak keliru. Kematian nenek-moyangnya telah menghidupi mereka dan kerabatnya.

"Anak-anak saya di Jakarta. Mereka bekerja sambil menabung untuk pesta adat. Anak-anak saya meyakini, uang yang mereka keluarkan akan dikembalikan berlipat oleh semesta. Dan itulah yang terjadi, rezeki anak-anak lancar," katanya tentang bagaimana semesta dihubungkan oleh sebuah energi yang menggerakkan, hal yang pasti tidak mudah dijelaskan.

"Tidak ada yang miskin karena memberi, kan?" tanya Yosephine dalam kalimat retoris. Masih terlihat sehat di usia 70-an.

"Waktu saya di Papua, teman Batak saya mengatakan bahwa kami pelit. Tapi saya bilang: bukan bagitu ki. Kami harus menabung untuk pesta adat keluarga besar. Saat pesta nanti, semua kami persembahkan untuk masyarakat," cerita Fransiskus sambil mengatakan bahwa nomor selularnya masih nomor untuk wilayah Papua tempatnya bekerja dulu.

"Memang kami tidak menanam padi. Sawah kami tanam rumput untuk kerbau. Uang lebih cepat kembali," kata kerabat pemilik pemakaman Londa, sambil mematikan lampu petromax yang kami pakai untuk menerangi gelap di dalam gua makam. Di depan pemakaman Londa, ada wilayah datar yang dikhususkan untuk menumbuhkan rumput sebagai pakan kerbau.

Kehidupan bergerak dan juga digerakkan oleh tradisi tua terkait kematian. Kehidupan dan kematian berjalan bersama. Mereka yang bekerja di luar daerah Rantepao, maupun yang menetap di Rantepao.

Komunikasi dengan kerabat yang meninggal begitu intens. Sesering mereka menyelinap diantara peti-peti mati keluarga. Atau berjalan di sisi belulang yang tersisa.

Kematian bukan lagi sekira sosok yang gelap, misterius dan menakutkan. Kematian adalah perayaan akan kehidupan dan kefanaan itu sendiri. Kehidupan menuju kematian adalah sebuah kepastian. Tetapi ketika kematian dirawat sedemikian rupa oleh kehidupan, kematianlah yang akhirnya menghidupkan kehidupan.

Di Rantepao, kematian menghidupkan kehidupan. Memberi energi untuk terus berbagi kasih kepada sesama. Dan terus mencintai keluarga. Di Rantepao, kehidupan juga dijaga oleh kematian.

| Rantepao | 22 Oktober 2020 | 07.00 |

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun