Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Penyapu Jalan dan Deru Kereta Dini

1 Agustus 2020   02:03 Diperbarui: 1 Agustus 2020   02:01 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kereta terus menderu
Suara sapu terus melawan aspal-aspal yang keras kepala

Srek!
Srek!
Sreekk!

Keringat dingin melangit beradu cepat dengan asap-asap knalpot

Mestinya aku di selatan
Mestinya aku di barat
Tetapi aku hanya di sini, menatap langit-langit dalam pendar yang semakin memucat dan terus memudar

"Aku sudah batuk," kata karib di selatan, dalam kalimat pendek yang terasa panjang

"Aku menunggu hasil tes tiga hari lagi," kata sahabat di barat, tiga hari yang pasti terasa sangat lama

Srek!
Srekk!
Sreekkk!

Ujung sapu terus menggaruk aspal-aspal yang keras kepala
Kereta berikutnya sudah tergesa menyusul kepergian sebelumnya

Srek!
Srekk!
Sreekk!

| Kalasan | 1 Agustus 2020 | 01.20 |

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun