Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Sekantong Doa dan Sekantong Rindu

27 Juni 2020   03:49 Diperbarui: 27 Juni 2020   03:54 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Ekho Budiyanto

Nduk, hari ini hari ketujuh
Semenjak kita antarkan ibumu ke sarean

Tertidur di pangkuanNya
Terlelap di tanganNya

Kita di sini, di sisinya
Bertanya kabarnya pada hari ketujuh
Sudah kubawa tadi sekantong doa dan sekantong rindu

Dari mana kita akan mulai bertanya kabar tentang ibumu?

Atau nanti kita tanam saja sepohon kamboja?

Supaya bunga-bunganya jatuh di halaman rumah ibumu
Dan semerbak harum bunga kamboja akan menjadi satu dengan untaian doa kita
Menyapa ke alam doa

Sekali waktu, kita doakan dari serambi masjid tempat dulu kita pergi tarawih bertiga

Pada waktu lain, kita doakan dari ruang dapur
Tempat ibumu banyak mendaraskan cinta tanpa kata-kata

Sambil mengupas bawang merah
Sambil mengiris cabe keriting
Sambil memasak nasi
Sambil menambah garam ke wajan masakan

Atau dari ruang tamu
Dari pintunya ibumu sering melihat ke halaman
menunggumu pulang sekolah dengan khawatir

Atau juga kita doakan dari pasar
Tempat ibumu berbelanja sayuran
Dan mengisi benaknya dengan wajah kita ketika memilih sayuran

Pasti ibumu mengingat dengan baik sekali kesukaan-kesukaan kita
Jauh lebih baik dari yang dapat kita ingat

Memang tidak akan pernah cukup sekantong doa dan sekantong rindu itu

Ibumu sudah membawa doa dan rindu di sepanjang hayatnya
Doa-doa untuk kita, dan tentu rindu untuk kita

Mulai sekarang kita juga membawa Al Fatihah untuk ibumu
Ke mana aku pergi
Dan di mana kamu berada

Kamu ingin bunga kamboja berwarna apa untuk ibumu, Nduk?

| Posong | 26 Juni 2020 | 20.25 |

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun