Nduk, hari ini hari ketujuh
Semenjak kita antarkan ibumu ke sarean
Tertidur di pangkuanNya
Terlelap di tanganNya
Kita di sini, di sisinya
Bertanya kabarnya pada hari ketujuh
Sudah kubawa tadi sekantong doa dan sekantong rindu
Dari mana kita akan mulai bertanya kabar tentang ibumu?
Atau nanti kita tanam saja sepohon kamboja?
Supaya bunga-bunganya jatuh di halaman rumah ibumu
Dan semerbak harum bunga kamboja akan menjadi satu dengan untaian doa kita
Menyapa ke alam doa
Sekali waktu, kita doakan dari serambi masjid tempat dulu kita pergi tarawih bertiga
Pada waktu lain, kita doakan dari ruang dapur
Tempat ibumu banyak mendaraskan cinta tanpa kata-kata
Sambil mengupas bawang merah
Sambil mengiris cabe keriting
Sambil memasak nasi
Sambil menambah garam ke wajan masakan
Atau dari ruang tamu
Dari pintunya ibumu sering melihat ke halaman
menunggumu pulang sekolah dengan khawatir
Atau juga kita doakan dari pasar
Tempat ibumu berbelanja sayuran
Dan mengisi benaknya dengan wajah kita ketika memilih sayuran
Pasti ibumu mengingat dengan baik sekali kesukaan-kesukaan kita
Jauh lebih baik dari yang dapat kita ingat
Memang tidak akan pernah cukup sekantong doa dan sekantong rindu itu
Ibumu sudah membawa doa dan rindu di sepanjang hayatnya
Doa-doa untuk kita, dan tentu rindu untuk kita
Mulai sekarang kita juga membawa Al Fatihah untuk ibumu
Ke mana aku pergi
Dan di mana kamu berada
Kamu ingin bunga kamboja berwarna apa untuk ibumu, Nduk?
| Posong | 26 Juni 2020 | 20.25 |
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H