Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Sungai-sungai Berarus Searah

11 Juni 2020   20:15 Diperbarui: 12 Juni 2020   17:54 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi berharap. (sumber: KOMPAS/DIDIE SW)

Iya. Bukankah begitu?

Kita adalah sunga-sungai berarus searah
Berpayah lari ke muara

Ke barat atau utara?
Ke timur atau ke barat?

Arah sudah tidak begitu penting
Karena kita hanya menuju mencapai tujuan

Dengan batu-batu di sepanjang aliran
Dengan ranting-ranting turut terhanyut

Kita menyusur tebing-tebing berarus deras
Dan terjun sekali waktu

"Sudah sampai?" tanyamu pada suatu kali

"Manakah yang lebih penting: keberangkatan atau kedatangan?" tanyaku juga

"Ah, sudahlah," jawabmu dalam senyum dan gelengan kepala

Seperti kedatangan, gelengan kepalamu adalah jeda:
Saat nafas kembali dihela
Dan langkah kembali diayunkan

"Aku sudah menuju ke selatan," lanjutmu ketika sore sudah kembali datang dan jalan kembali riuh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun