Berapa lama Lebaran berlangsung?
Biasanya sepekan. Periode waktu yang penuh untuk beranjang-sana. Bersilaturahim. Saling memaafkan. Saling membagikan cinta.
"Muga dosamu dan dosamu lebur dina iki. Sing akeh pangapuramu." Semoga kesalahan-kesalahan kita dilebur pada hari (Lebaran) ini dengan banyak maaf untuk kita semua.
Sebuah kalimat yang begitu magis, ugahari dan egaliter. Tidak perlu ditanyakan berdasar undang-undang ayat berapa atau pasal berapa pun tahun berapa. Ketulusan sikap dan keluhuran budi sudah jauh melampaui segala pasal dan segala ayat.
Simbok, Mbah Kung dan Bapak sudah dipanggil Tuhan. Seperti itulah siklus alamiah akan terus berlangsung dan terjadi.
Tungku kayu bakar sudah diganti kompor gas. Jadah dan wajik hari ini sudah tidak ada di meja ruang tamu. Rengginang sudah lebih banyak hanya menjadi lelucon bersama kaleng biskuit Khong Guan. Tape ketan dengan air yang melimpah manis segar sudah lebih jarang dibuat.
Sepanjang malam sampai pagi ini petasan terus meletus dari tempat yang berlainan. Menandakan kegembiraan Lebaran. Disamping rasa was-was pandemi Covid19. Lagu Guyon Waton mengalun dari ruang tamu Pak Gandi, sepertinya: ...urip rasah spaneng, ra ana kowe aku ayem...
Selamat Lebaran. Mohon maaf lahir batin.
| Posong | 24 Mei 2020 | 09.08 |
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H