Sore begitu lengang
Hanya kendaraan-kendaraan yang tergesa berlalu ke arah jalan pulang
Ya, sore menjadi begitu lengang
Semenjak engkau tidak melintasinya lagi
"Aku juga akan ke selatan," katamu, dulu, ketika sore begitu riuh
Lampu merah terasa terlalu lama menyala
Dan jalan kembali macet sebelum lampu kuning mendapat giliran
Suara klakson menggantikan cicit burung menanti maghrib
Lalu lampu-lampu jalan benderang bersinar untuk menipu malam
"Benarkah kamu ke selatan?" tanyaku pada perjalanan yang semakin jauh ke arah utara
Melewati tugu melengkung dengan ruas lintasan di bawahnya yang terlihat penuh nyaris tanpa sisa
"Aku ke selatan," gelakmu tanpa suara, sambil menerka bahwa aku sudah semakin ke utara
Aku menengok ke luar jendela
Melihat sore yang segera berlalu
"Kapan sore kau lintasi lagi?" tanyaku
Sore yang riuh seperti sudah terlalu lama berlalu
Saat kendaraan terus saling berhimpit
Dan langkah kaki terus tergesa mengejar waktu
Ternyata kita tidak menyukai sore yang lengang
Kita mencintai sore yang tergesa dan malam yang cepat berlalu
Lalu pagi segera tiba
Pada irisan siang yang beruntung, kita akan dapat melewatkan sepotong waktu di bawah lonceng yang berdentang
Dan nyanyian merambati dinding-dinding tinggi di dekat altar