Ketika jasad Yesus diturunkan, Maria ibuNya menyambut. Mungkin dengan bibir dan tangan juga seluruh badan gemetar. Dengan mata nanar dan kabur oleh air mata Maria mengulurkan tangannya. Menyambut anaknya yang sudah lunglai. Sudah dingin. Dengan tungkai kaki remuk oleh paku. Dengan dua tangan berlubang juga oleh paku. Dengan lambung terkoyak oleh tombak. Dengan kepala penuh luka oleh duri dan sekujur badan penuh bilur dan darah serta air. Mungkin jasad Yesus bau anyir darah di sana-sini. Mungkin jasadNya lengket. Tapi cinta Maria mengalahkan itu semua.
Bagi seorang ibu, anak adalah seluruh hidupnya. Seluruh jiwa raganya. Rambut yang bau keringat adalah harum. Badan yang kotor oleh tanah tidak sedikitpun mengurangi cintanya.
Bagi Maria, sang ibu dari seorang anak tunggal, Yesus adalah seluruh hidupnya. Yang akan dipeluk kapanpun dan bagaimanapun.
Michael Angelo memahat cinta yang luar biasa itu. Cinta yang akan selalu abadi melampaui ruang dan waktu. Cinta yang menginspirasi.
Paskah adalah rangkaian di mana banyak sekali tentang peran wanita. Paskah dimulai ketika Yesus pada pascakebangkitanNya bertanya kepada seorang wanita yang menangis dan penuh cinta dan khawatir menjawab, "Tuanku hilang diambil orang."
Tetapi tradisi Katolik sudah "terlanjur" berkembang dan dikembangkan dalam dominasi peran para lelaki. Peran para perempuan yang begitu hebat hanya didengarkan dari bacaan-bacaan Injil. Dalam birokrasi Gereja Katolik, pada faktanya, tidak ada porsi yang signifikan bagi kaum perempuan.
Tetapi begitulah justru para perempuan terus berkembang menjadi "the silence pillars" bagi Gereja, seperti cinta Maria Ibu Yesus yang akan terus menjadi inspirasi.
Selamat Paskah.
| Prambanan | 11 April 2020 | 21.14 |
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H