Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Pendakian ke Gunung Tua

29 Maret 2020   19:26 Diperbarui: 29 Maret 2020   19:21 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Tentang sebuah perjalanan ke Gunung Tua
Di mana langkah-langkah harus terus terayun
Melewati kenangan-kenangan yang lebih tua dari pohon-pohon jati yang berbunga lebat di musim pancaroba

Menyisir dinding-dinding ingatan pada jalan setapak menuju ke selatan
Setelah melewati banyak celah dan jalan, aku menyuamu di ujung jalan
Bersandar pada rumah beratap langit dan berdinding bukit

"Mampirlah di selatan," katamu

Ternyata ke selatan adalah perjalanan sepanjang hayat
Menempuh seluruh arah ke utara, sebelum lalu sampai di selatan

"Kita dapat menikmati secangkir teh di balai bertikar pandan," sebuah tawaran telah kau berikan, lalu kunantikan sepanjang perjalanan

Minggu depan akan kulewati Gunung Tua
Sebelum lalu sampai di selatan setelah menyelinap di antara pohon-pohon jati dan batuan karst

Minggu depan terasa lama, seperti menanti rinai hujan berhenti memainkan orkestra di atap-atap rumah

Tetapi hanya kubawa cerita tentang sebuah perjalanan yang begitu sederhana
Tidak lebih bermakna dari serakan daun-daun jati yang gugur terbawa angin

Kala jemarimu mulai menuang teh di cangkir-cangkir panci dan asapnya menerpa wajahmu, mestinya cerita perjalanan mulai kubawakan

"Minumlah," begitu kalimat terpendek yang juga kunantikan sepanjang perjalanan

Tidak ada bagian menarik yang dapat kuceritakan, rasanya
Ia hanya perjalanan melewati malam menuju pagi, melampaui siang lalu menuju malam

Aku mencoba mengingat bagian terbaik dari perjalanan ke selatan itu: ketika kulewati pintu kaca dan menemukanmu menjulang di antara buku-buku

| Prambanan | 29 Maret 2020 | 19.01 |

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun