Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Daun-daun Cemara Kipas

2 Januari 2020   01:16 Diperbarui: 2 Januari 2020   01:18 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Natal menepati janjinya, hadir pada hujan yang berhenti selepas maghrib

Ketika warna saga masih tersisa di langit barat
Dan genangan-genangan hujan memantulkan cahaya lampu-lampu malam

Kaki-kaki bergegas melangkah ke pintu-pintu lebar
Dan atap-atap tinggi menantitawarkan kehangatan sehabis hujan

Aku mencari jenjangmu melompathindari genangan-genangan hujan sebelum Natal dimulai, ketika pelangi masih menggaris indah di atas atap gereja

"Aku di selatan selama Natal," katamu kemudian, saat mataku masih menari mencaritemukanmu pada temaram sore

Daun-daun cemara kipas dipeluk dingin
Bulir hujan menggantungpantulkan rembang

Aku menunggumu di timur
Di bawah semburat nuansa palangi menjelang maghrib
Di arah yang tidak pernah engkau tuju

Hujan menggoyang daun-daun cemara kipas
Angin terasa lebih dingin ketika dentang lonceng kecil menanda natal dimulai

Mungkin di selatan Natalmu ada di dekat pohon jati dengan kupu-kupu bersayap kuning yang terbang rendah
Serta cahaya lilin yang terus melenggok menghindari tiupan angin selatan

Adakah juga pelangi di tempatmu sebelum Natal tiba?

Pelangi yang tiba dari tempat jauh dan membawa warna-warna Natal

| Prambanan | 25 Desember 2019 | 23.15 |

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun