Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Natal, Menyambut "Matahari Tengah Malam"

24 Desember 2019   08:23 Diperbarui: 24 Desember 2019   09:13 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi bengcumenggugat.com

Ketiga, Pak Sumar adalah komplemen bagi Daniel. 

"Mengapa ambil Sosiologi?" tanya kami. Hendak menyakinkan bahwa dia telah memilih dengan pertimbangan yang matang. Meski tidak semua dapat kami tangkap, tetapi agaknya Pak Sumar adalah tokoh penting bagi Daniel atas pilihan ini. 

Pak Sumar adalah guru Sosiologi di Kolese De Britto. 

"Putra-putra..." demikian Pak Sumar selalu mengawali narasi di ruang kelas. Daniel suka sekali dengan awal narasi ini. Ia adalah bagaimana "pintu komunikasi dibuka" dan dimulai dengan menempatkan anak-anak sebagai bagian penting dan subyek. Banyak cerita tentang Pak Sumar dari mulut Daniel. 

"Aku ambil Sosiologi, Pa" demikian kata Daniel suatu petang mengabarkan sebuah keputusan penting. Saya meyakini Daniel sudah berkeputusan secara hati-hati. Dan di belakang keputusan itu, Pak Sumar adalah sosok penting. Dalam nalar sederhana saya, tidak mungkin Daniel mengambil jurusan Sosiologi karena sosok guru Bahasa Inggris.

Tetapi apapun, Daniel sudah berproses dengan berusaha sedemikian rupa. Kami belum tahu bagaimana hasilnya kelak, tetapi kami sepakat mengawali dengan menjadikan Daniel sebagai subyek. Seperti bagaimana Pak Sumar selalu mengawali narasi ketika menempatkan diri sebagai komplemen bagi "putra-putranya".

Dan bukan memataharikan diri supaya menjadi sosok yang "wefiable" dengan memanggil mereka "anak-anak". Kata "anak-anak" seperti menempatkan mereka di depan dan tidak tinggi, "putra-putra" seperti menempatkan mereka lebih setara secara ketinggian. 

Kesadaran berusaha untuk menjadi komplemen bagai orang lain adalah tantangan pada saat ini. Ketika "berada sendirian di puncak" adalah harapan dari lebih banyak orang. 

Tetapi juga, membantu orang lain menggapai dan berada di "puncaknya" adalah juga pesan Natal dari Yesus. Yesus hadir hendak meneguhkuatkan banyak orang dalam situasinya yang tentu beragam. Dalam keadaan masing-masing. Yesus sudah tidak perlu berada di puncak. Ia ada di bawah dan menjadi pondasi bagi mereka yang hendak membangun "puncaknya" dengan kokoh. Tidak mudah tertiup angin, karena Yesus adalah Sang Batu Penjuru. 

"Datanglah kepadaKu kalian yang letih lesu dan berbeban berat," ajakNya sambil memperlakukan orang lain bak rembulan: menyejukkan dan menenangkan. 

Bermental komplemen tentu bukan hal mudah dan murah saat ini. Apalagi fase itu hanya dapat tercapai bila tidak mementingkan diri sendiri, sebuah hal sulit lainnya. 

Selamat Natal. Selamat menjadi komplemen! 

| Prambanan | 24 Desember 2019 | 06.50 |

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun