Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Menanti Hujan Beraroma Kopi

6 September 2019   07:14 Diperbarui: 6 September 2019   07:32 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah kita menantikan hujan di bulan September?

Siang tadi tetiba merindukan aroma kopi
Yang tidak nampak tetapi indera penciuman selalu mengikuti gerakannya dengan rela hati

Ketika ia meninggi dari permukaan
Berbelok sebelum menyentuh langit-langit
Lalu mencari-temukan celah keluar
Membumbung ke angkasa
Lalu menebarkan harum kopi

Aroma kopi juga bercampur air hujan
Yang merinai pada waktu berikutnya

Pernahkah tercium aroma kopi pada tetes-tetes hujan?

Itulah mengapa menikmati kopi di saat hujan merinai selalu terasa begitu elok

Karena di langit bertebaran aroma-aroma kopi
Yang saling mencanda-bahagia
Bersapa-bertanya
Atau mungkin sekedar melambaikan tangan menanda rindu

Besok mungkin tidak lagi kutanya-ingatkan
Apakah gula yang kau tuang ke dalam kopi sudah teraduk

Tapi nikmati saja kopimu
Seperti bagaimana ingin kau hirup-nikmati
Sambil kau pejamkan matamu tepat di atas gelas putih memanjang dengan tutup warna jingga

Hiruplah aromanya supaya jiwa terbahagiakan
Seperti gelak orang-orang muda yang keliru melafalkan nada sebuah lagu pujian

Bukankah tidak semua hal harus ditangisi?

| Baciro | 05 Sepetember | 19.46 |

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun