Seekor kelelawar melintas, melayang ringan dan cepat, di dekat serangga yang menderik di pohon mangga
Dan daun-daun bergoyang mengibaskan debu-debu kemarau
Kau kah itu, angin selatan?
Datang untuk membelai daun-daun mangga dan membuatnya tersipu di sisi malam
Kamu juga menghampiriku, dalam keriuhan malam yang senyap, sedikit membelai lalu meliuk pergi
Sampai kapan engkau akan menggodaku?
Sebelum lalu pergi begitu saja dan hanya menyerta yang kau bawa, meninggalkan sisanya
Di sisi malam, aku bersandar sambil mendugamu akan datang lagi
Berjingkat dengan kaki jenjangmu, melintasi jajaran pohon-pohon jati yang memeluk kemarau
Atau, kamu akan datang lagi besok, merupa pekat kopi di sisi jauh hari saat langit memerah saga
"Aku akan ke barat," begitu katamu kemarin, saat aku menunggumu di ruang berpintu kaca sambil bersusah menyusunrapikan kalimat-kalimat yang berdesakan
"Ya, aku juga akan segera bergegas setelah lampu taman menyala," jawabku seperti pada hari-hari yang telah berlalu. Mengemas rindu dan memasukkan ke dalam tas berwarna coklat. Menutup rapat dan membawanya berlalu
Lalu menunggumu lagi di malam lain saat purnama lembut menatap pohon-pohon jati di Sendang Sriningsih. Sepertinya itu adalah sebelah barat, arah yang kau janjikan dan tempat yang mungkin kita dapat bertemu
Kalau kamu bertanya nanti, akan kubuka tas coklat. Dan kuperlihatkan rindu yang rapat kusimpan sambil terus kubawa berlalu. Melewati banyak jalan untuk terus mengingatmu
| Kalasan | 2 September 2019 | 21.50 |