Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Pagi Sewarna Emas

14 Juni 2019   10:40 Diperbarui: 14 Juni 2019   11:03 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keheningan Gunung Bagus hadir lagi di antara pagi yang berwarna keemasan
Juga kudengar lagi suaramu yang tertulis pada sebaris kalimat dan terasa seperti pagi yang hangat

Gunung Bagus memang sudah lama kutinggalkan dan aku sudah menyusuri banyak jalan lain yang lebih riuh dan padat
Tetapi pada pagi yang sewarna emas hari ini, aku hendak melintasi lagi kesenyapan Gunung Bagus

Mungkin di sana akan dapat kudengar lagi suaramu pada sebaris kalimat yang tidak sempat kau kirimkan padaku: Jangan terlalu malam,  ya

| Prambanan | 22 Maret 2018 | 19.08 |

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun