Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Kopi di Bibir Cangkir

4 Juni 2019   06:57 Diperbarui: 4 Juni 2019   07:01 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kutambahkan gula merah ya, " katamu di penghujung pagi
Saat angin menyusup di antara kaki-kaki meja

Kopi berhamburan di bibir cangkir
Sia-sia berpegangan pada dinding-dinding licin

"Ya," jawabku pendek dalam anggukan yang tidak akan pernah terlihatpahami

Semakin banyak serakan kopi di bibir cangkir
Ketika gula merah harus ditambahkan untuk keindahan sesapan-sesapan terakhir

"Kamu tidak bertanya kapan aku pulang?" tanyamu sambil meletakkan sendok di sisi cangkir

Bagiku, kamu tidak pernah pergi

| Banaran | 2 Juni 2019 | 10.00 |

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun