Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Selepas Pukul Duabelas

11 Mei 2019   22:11 Diperbarui: 12 Mei 2019   11:46 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Masih di barat, kah?" tanyamu selepas dzuhur, saat matahari terasa lebih menyengat

"Tidak. Aku sedang di utara, di ruang dengan cat berwarna biru," jawabku sambil melihat ke luar jendela berkaca sewarna es

Apakah kamu menungguku di barat, di tempat gedung-gedung tinggi menyembunyikan keindahan senja?

Aku tidak yakin dengan pertanyaan itu, pun jawabannya

Mestinya dulu kutanyakan apakah di barat kamu menungguku

Waktu telah jatuh dari ketinggian, menyisakan sebagian kepingan

Bagian yang lebih besar telah terlewati dan menyisakan angka dengan besaran dan letak yang hanya dapat diduga

Detik tetap terus merambat, dan menit mengumpulkan diri menjadi jam, dan hari menunggu setelah angka duabelas terlewati

Setelah jarum melewati angka empat, aku masih menyimpan tanya yang sama: apakah kamu menungguku?

Jawaban atas pertanyaan itu seperti menanti pelangi melintas di bawah langit yang lain: too good to be true

Setelah jarum melewati angka sembilan, aku menyukai pertanyaanmu dan tidak membutuhkan jawaban

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun