Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Pelukan Cinta Jokowi Merespons Kejenuhan akan Kabar Bohong dan Ujaran Kebencian

13 April 2019   19:34 Diperbarui: 14 April 2019   06:10 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Para Bapak Bangsa telah meletakkan dasar yang kokoh dan kuat bagi republik ini. Tugas kita menjadikannya terus lestari dan semakin bermartabat dari waktu ke waktu.

Menurut berita, yang hadir di Istora Senayan hari ini mengenakan pakaian berwarna putih. Bisa kaos. Bisa baju. Bisa jaket. Bisa celana panjang atau pendek. Dan mungkin atribut lain yang dapat berwarna putih. Seperti topi, selendang, tas, jaket, kaos kaki.


Saya justru menangkap energi lain yang hendak dan ingin disalurkan sebagai bagian dari konstruktifisme berikut anstusiasme. Tentang apa?

Saya hendak menyebut ujaran kebencian dan berita bohong yang diposisitembakkan ke kubu Jokowi tetapi justru tidak mempan, alih-alih menghancurkan. Energi positif Jokowi akan keindonesiaan berikut nasionalismenya justru menjadikannya titik tumpu pelecut kebangkitan secara epik.

Mesin pencari Google menyajikan hanya kurang dari setengah menit untuk menampilkan tautan tentang ujaran kebencian dan berita bohong. Dengan sekian puluh ribu tautan! Artinya apa?

Betapa masif dan terstrukturnya pola kampanye negatif itu dibangun. Dengan dana sangat besar dan target meluluhlantakkan dan menjadikan target hancur berkeping-keping.

Syukurlah hal itu tidak terjadi. Setidaknya bila secara optimis melihat bentuk kampanye hari ini di Istana Olah Raga Senayan Jakarta.

Jokowi lebih bersemangat membangun optimisme dan kesatuan. Harapan dan semangat. Bahwa tidak mungkin negara tanpa krisis dan persoalan. Tanpa rintangan dan gangguan.

Dengan sekian ratus juta kepentingan yang diakomodasi dalam wadah negara, tentu simpang-siur tatakelola dan tatalaksana penyelenggaraan negara terjadi dan juga berkembang. Pada titik ini optimisme dikembangkan dan dibangun untuk langkah-langkah yang lebih maju dan lebih baik.

Ujaran kebencian sudah memakan korban. Kabar bohong juga sudah memasukkan banyak orang ke balik jeruji besi. Mereka yang dengan gagah dan pongah melempartembakkan kebencian berhenti dan berakhir percuma. Kalaupun mereka tidak ditangkap atau dipenjara, minimal mereka hanya berhasil menorehkan rekam jejak yang akan menyulitkan mereka sendiri di masa depan.

Jer basuki mawa bea. Semua tindakan selalu membawasertakan konsekuensi. Semoga, ke depan, kejenuhan akan berita bohong dan ujaran kebencian akan terus membesar dan tumbuh subur.

Para Bapak Bangsa telah meletakkan dasar yang kokoh dan kuat bagi republik ini. Tugas kita menjadikannya terus lestari dan semakin bermartabat dari waktu ke waktu.

| Prambanan | 13 April 2019 | 18.00 |

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun