Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Malam Berdesakan di Ruang Tamu

5 Maret 2019   22:57 Diperbarui: 6 Maret 2019   04:47 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku telah menyiapkan kopi di antara malam yang berdesakan di ruang tamu," aku menjawab dengan undangan yang tidak akan pernah kau penuhi
Aku bahkan tidak tahu, mengapa malam suka berdesakan di rumahku

Sering aku mengira kamu akan singgah pada sebuah malam, sesaat setelah kaca sewarna es memendarkan sinar yang selalu redup
Prakiraan yang aku tahu bahwa ia adalah kekeliruan yang benar

"Malam tidak pernah sama," katamu sambil berlalu ke barat dan melintasi rel kereta api tepat saat adzan magrib dikumandangkan

"Semua sama, hanya malam yang berdesakan di ruang tamu," kataku dengan gagah setelah tidak pernah menyelesaikan satu pun pertempuran

| Prambanan | 5 Maret 2019 | 22.33 |

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun