Mencatat senja adalah mencatat tentang kemurahan hati
Ia selalu mengantar pulang, meski hanya melambaikan tangan dari balik awan sambil menatap punggung-punggung berlalu
"Aku besok pulang dan akan lama di rumah," aku masih mengingat nada gembira dari kalimatmu itu
Di rumah juga merupa perjalanan paling jauh untuk ditempuh
Mengumpulkan detik-detik yang terus semakin berharga
Menghitung menit-menit yang tidak akan tergantikan
Juga, menumpuk lembaran-lembaran hari merupa harta karun supaya terus meninggi
"Tapi Bapak sudah terlihat sepuh sekarang," kalimatmu seperti menandai mata yang menjadi lebih muram
Aku sudah menghitung ketiganya, seperti menghadirkannya dalam kalimat-kalimat
"Lebaran bisa pulang kan?" itu kalimat Bapakku dulu. Penantian yang sengaja diakhiri dalam kalimat ringkas
Tapi bagiku itu bukan pertanyaan. Itu adalah permintaan
Berceritalah tentang perjalanan-perjalananmu pulang ke selatan. Meski aku hanya mendengarnya melalui hembusan angin
Ceritamu adalah air jernih-bening untuk membasuh mukaku yang terus mengeras diterpa waktu