Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Senja Selalu Murah Hati

13 Februari 2019   22:17 Diperbarui: 13 Februari 2019   22:40 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
senja di kalasan. dokpri.

Mencatat senja adalah mencatat tentang kemurahan hati

Ia selalu mengantar pulang, meski hanya melambaikan tangan dari balik awan sambil menatap punggung-punggung berlalu

"Aku besok pulang dan akan lama di rumah," aku masih mengingat nada gembira dari kalimatmu itu

Di rumah juga merupa perjalanan paling jauh untuk ditempuh

Mengumpulkan detik-detik yang terus semakin berharga
Menghitung menit-menit yang tidak akan tergantikan
Juga, menumpuk lembaran-lembaran hari merupa harta karun supaya terus meninggi

"Tapi Bapak sudah terlihat sepuh sekarang," kalimatmu seperti menandai mata yang menjadi lebih muram

Aku sudah menghitung ketiganya, seperti menghadirkannya dalam kalimat-kalimat

"Lebaran bisa pulang kan?" itu kalimat Bapakku dulu. Penantian yang sengaja diakhiri dalam kalimat ringkas

Tapi bagiku itu bukan pertanyaan. Itu adalah permintaan

Berceritalah tentang perjalanan-perjalananmu pulang ke selatan. Meski aku hanya mendengarnya melalui hembusan angin

Ceritamu adalah air jernih-bening untuk membasuh mukaku yang terus mengeras diterpa waktu

| Kalasan | 13 Februari 2019 | 18.00 |

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun