Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Mengapa Saya Lebih Memilih Jokowi

9 Februari 2019   21:50 Diperbarui: 9 Februari 2019   21:58 625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari sisi budaya, beliau digempur sampai ke sisi ranah yang paling pribadi: kehormatan orang tuanya dan (sangat mengejutkan!) keagamaannya.

"Pak, Pak, Bapak," teriak anak laki-laki bernama Rafi Ahmad Fauzi, anak berkebutuhan khusus, yang sedang dalam gendongan, memanggil-manggil Jokowi.

"Sini," balas Pak Jokowi setelah mendengar panggilan itu. Berbalik dan melebarkan kedua tangannya untuk kemudian menggendong dengan cinta.

Dalam keadaan yang selalu penting, beliau masih menjadi pribadi yang ugahari. Tidak mudah menjadi pejabat publik setingkat presiden di negeri sebebas Indonesia. Semua dapat menjadi kekeliruan. Saya katakan bebas (dan bukan demokrasi) karena prasyarat berdemokrasi secara terhormat masih banyak yang belum dapat terpenuhi.

Berjalan maju dan naik ke atas sudah dipilih Pak Jokowi. Dan ini keren.

Seperti pensil, yang dipakai untuk menulis adalah selalu yang paling aus. Yang paling dapat tajam berkata dan rajin mengkritik adalah hanya pensil runcing yang tidak pernah dipakai untuk menulis jejak literasi bagi kebesaran bangsanya dengan kerja keras dan laku mencinta yang tidak pernah berhenti.

Itulah mengapa Jokowi adalah pilihan yang lebih layak. Bukan karena tanpa kelemahan, tetapi karena beliau sudah memberikan dirinya untuk Indonesia. Bukankah tidak ada cinta yang lebih besar daripada yang memberikan dirinya bagi orang lain?

| Prambanan | 9 Februari 2019 | 09.00 |

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun