Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jangan Pernah Lelah Menjalin Silaturahmi

28 Juni 2018   23:53 Diperbarui: 29 Juni 2018   08:09 1090
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulan Syawal dalam kalender Hijriah adalah bulan yang luar biasa. Tidak saja bagi umat Muslim, tetapi juga bagi umat lain. Ada dua peristiwa keagamaan dan peristiwa sosial yang terjadi bersamaan. Pertama adalah Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada tanggal 1 Syawal. Kedua, peristiwa saling mengunjungi sambil menyampaikan maaf untuk semua kesalahan yang terjadi dalam tutur kata, tingkah laku maupun olah pikir.

Mesyukuri Perjumpaan

Tidak ada suasana kebersamaan yang lebih cair daripada perayaan Hari Raya Idul Fitri. Ketika umat Muslim memulai perayaan dengan menggemakan takbir untuk memuji kebesaran Tuhan malam sebelum perayaan, umat lain ikut bergembira. Tidak ada perasaan terganggu atas kumandang gema takbir. Semua ikut bergembira menyambut perayaan. Suara mercon meningkahi alunan gema takbir.

Pada malam itu, sebagian besar keluarga sudah berkumpul. Bagi anggota keluarga yang tinggal dan bekerja di tempat atau kota lain biasanya sudah pulang untuk berkumpul bersama keluarga. Bagi yang belum pulang, tentu sudah merencanakan mengunjungi. Tidak ada yang lebih hebat dari berkumpulnya orang-orang yang saling mengasihi.

Bila ada sementara keluarga yang sedang dalam pergulatan, lebaran adalah kesempatan yang istimewa untuk menyambung kembali tali silaturahmi yang sempat terganggu. Keluarga yang berkumpul adalah sebuah berkah surgawi yang secara nyata dapat dialami. Tidak ada ada yang lebih hebat dari perjalanan pulang. Bunda Theresa dari Kalkuta menawarkan tantangan indah: go home and love your family.

Perjalanan-perjalanan panjang ditempuh dengan perasaaan tidak sabar untuk mengayunkan langkah pertama di pekarangan rumah. Ada yang naik motor sekeluarga. Ada yang berombongan dengan teman-teman seprofesi. Dan bagian lain dapat mengendarai mobil-mobil pribadi. Tidak ada yang lebih ditunggu dari perjalanan pulang oleh para pengembara ke tanah jauh.

Kebahagiaan Anak, Kegembiraan Orangtua

Jauh sebelum generasi milenial menikmati kemewahan karena semua perkembangan teknologi, generasi sebelumnya menikmati hal-hal sederhana dan lebih alamiah. Permainan tradisional yang dimainkan secara bersama. Hampir tidak ada permainan tradisional yang dapat dinikmati bila bermain sendirian. Jauh berbeda dengan generasi milenial yang dapat kesempatan menikmati secara lebih privat. Kelak, kebersamaan melalui hal-hal sederhana dan lebih alamiah ini yang menjadi salah satu pondasi relasi yang lebih komunal.

Tetapi dari semua hal yang bersifat dinamis dan terus berkembang, ada hal yang tetap. Yaitu relasi anak dan orangtua. Permainan dapat lebih berkembang, teknologi dapat lebih progresif. Tetapi anak adalah bagian penting dari kehidupan orangtua. Kehadiaran anak mulai dari tumbuh kembang sampai dewasa pada satu sisi adalah olah laku pendewasaan yang luar biasa bagi orangtuanya.

Pancaran kebahagiaan orangtua yang menjumpai anak-anak adalah bagian dari pengalaman bawah sadar yang mengemuka, meski secara naluriah itu ada dan dimiliki oleh setiap pribadi. Tak heran, semua orangtua selalu gagal menyembunyikan kegembiraan bila dikunjungi anak-anak atau mereka yang lebih muda.

Badan yang terlihat lebih segar, raut muka yang bersinar gembira adalah bagian dari kesukaan yang hadir dan dialami pada hari raya.

Bahasa Jawa memiliki kosakata "ujung" untuk kegiatan silaturahim ini. Biasanya yang muda berinsiatif mengunjungi yang lebih dituakan. Yang dituakan menyambut gembira kunjungan yang lebih muda.

Di mana agama pada saat itu?

Agama digambarkan dalam wajah-wajah gembira yang ramah. Tidak ada sekat dan penghalang. Pada perayaan Idul Fitri agama terkomunikasikan secara indah. Secara sejuk. Secara damai dan menenteramkan. Kiranya olah batin yang dilakujalani selama bulan Ramadhan boleh beroleh hasil yang menggembirakan.

Pada masa sebelumnya, para leluhur sangat akrab dengan olah batin. Dengan laku penuh belarasa. Thomas Stanford Raffles dalam The History of Java mencatat bahwa bila di sekelilingnya tidak memakai baju, maka tetangga yang mampu membeli baju akan memilih tidak memakai baju sebagai bentuk belarasa itu.

Mengulurkan Tangan, Menjalin Persahabatan

Pada hari Kamis tanggal 21 Juni 2018, sebagai bagian dari acara Syawalan, diadakan Open House Muspika se-Kecamatan Prambanan. Acara ini dihadiri oleh Camat , Sekretaris Kecamatan, Danramil, Kapolsek, Kepala Puskesmas dan segenap undangan: Kepala Desa dan staff kelurahan, para Kepala Sekolah, para pengurus lembaga desa (BPD, LPMD danPKK). Juga para tokoh masyarakat se-Kecamatan Prambanan.

Hadir sebagai bagian dari undangan adalah Lambertus Issri Purnomo Murtyanto,Pr sebagai Pastor Paroki Administratif Tyas Dalem Gusti Yesus Macanan mewakili seluruh umat Katholik di Wilayah Prambanan. Rama Issri, begitu beliau biasa disapa, didampingi Ant. Sujiratmoko (Kabid Kemasyarakatan), Paulus Dwijo Putro (Kabid RT), Ign Bambang Sapto Nugroho (Kelua Wilayah 3) dan L. Suwardi (Ketua Lingkungan Yusup Dinginan).

Di samping silaturahmi Syawalan, Kunjungan Rama Issri adalah kehadiran lanjutan setelah sebelumnya "kulo nuwun" ke Danramil, Kapolsek dan Lurah Desa Madurejo atas penugasan di wilayah tersebut.

Secara tidak sengaja silaturahmi ini juga menjadi semacam reuni kecil antara Suhargono,S.IP selaku camat Prambanan dan Lambertus Issri Purnomo Murtyanto,Pr sebagai pastor. Suhargono,S.IP pernah diterima di SMA Kolose De Britto Yogyakarta dan Lambertus Issri Purnomo Murtyanto,Pr adalah alumni SMA yang sama. Dunia silaturahmi yang luas seringkali mengecil begitu saja dengan pertemuan-pertemuan indah dan tidak direncanakan semacam itu.

Tidak heran laku silaturahim mendapat tempat istimewa dalam kitab-kitab suci. Disebutkan bahwa silaturahmi memperpanjang umur dan membuka pintu-pintu rejeki. Silaturahmi juga mendatangkan kegembiraan, seperti ketika Maria ibu Yesus mengunjungi Elizabeth ibu Yohannes Pembaptis. Digambarkan dalam perikop itu: bayi yang ada diperut Elizabeth melonjak kegirangan.

Tetangga Sebagai Saudara Terdekat

Dua hari berikutnya, tepatnya pada tanggal 23 Juni 2018, dalam lingkup yang lebih kecil di RT 27 RW 04 Tlogo Prambanan Klaten juga diselenggarakan Syawalan.

Syawalan kecil dan sederhana di tingkat RT ini juga menjadi perayaan yang sungguh menggembirakan. Seluruh warga berumpul di tikar yang digelar di depan Pos Keamanan Lingkungan. Semua warga tanpa memandang agama duduk rendah bersama di tikar yang tergelar. Kebersamaan hidup bersama secara riil hadir dan dirasakan besama.

Puncak acara silaturahmi RT adalah pembacaan ikrar yang dipandu oleh Haji Rochmadi. Ikrar adalah pernyataan bersama berupa pengakuan secara rendah hati bahwa diri melakukan kesalahan dan kekeliruan terhadap orang lain sebagai sesama. Serta dengan rendah hati juga meminta maaf dari sesama dan memohon ampun dari Tuhan Yang Mahakuasa. Untuk selanjutnya, semua akan mengusahakan kehidupan bersama yang lebih baik.

Acara Syawalan ini adalah salah satu kebersamaan di RT 27. Pada Hari Raya Idul Adha nanti, semua warga tanpa memandang agama juga secara bersama menyiapkan dan melaksanakan perayaan. Mulai dari menyiapkan tempat penyembelihan ternak, sampai membagi kepada mereka yang berhak.

Agama memang hanya akan menampakkan diri ketika ditampilkan secara ramah oleh para pemeluknya. Bila tidak, agama bisa jadi hanya menjadi tatanilai dalam buku-buku teks dan tidak diejawantahkan ke dalam relasi dan silaturahmi.

Menenunlebarkan Silaturahmi

Kemajuan teknologi yang membantu mewujudkan relasi sosial selain berdampak baik dengan semakin dekatnya komunikasi, juga berdampak buruk dengan menyebarnya berita-berita hoaks. Berita tidak benar yang disebarkan oleh orang yang tidak bertanggung-jawab. Saring dan sharing menjadi dua hal yang perlu dilakukan secara lebih cermat.

Silaturahmi di samping manfaatnya juga mendapat tantangan dari banyak hal. Bukan karena hadirnya kesulitan-kesulitan tetapi justru karena hadirnya kemudahan-kemudahan. Untuk itu diperlukan usaha-usaha yang tulus dari berbagai pihak. Saling membuka diri dan menghargai. Saling mencermati dan berhati-hati. Saring sebelum sharing.

Juga adalah hal yang perlu kita lakukan bersama-sama: jangan pernah lelah menjalin silaturahmi.*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun