Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Piala Dunia, Permainan atau Pertunjukan?

21 Juni 2018   22:06 Diperbarui: 22 Juni 2018   16:35 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bermainlah dalam permainan tetapi janganlah main-main! Mainlah dengan sungguh-sungguh, tetapi permainan jangan dipersungguh. Kesungguhan permainan terletak dalam ketidaksungguhannya, sehingga permainan yang dipersungguh tidaklah sungguh lagi. Mainlah dengan eros, tetapi janganlah mau dipermainkan eros. Mainlah dengan agon tetapi jangan mau dipermainkan agon. Barang siapa mempermainkan permainan, akan menjadi permainan permainan. Bermainlah untuk bahagia tetapi janganlah mempermainkan bahagia" (Filsafat Manusia, N.Driyarkara,SJ, 1913-1957)

Garis Bawah dari N.Driyarkara,SJ

Banyak anggapan yang mengatakan bahwa filsafat tidak berada di atas tanah. Bahwa filsafat adalah berada di awang-awang. Di tempat yang tinggi dan tidak mudah untuk dijangkau. Sulit dipahami dan berada tidak bersama-sama dengan kehidupan sehari-hari.

Tetapi Driyarkara berhasil membumikan filsafat dalam kehidupan sehari-hari. Bahwa filsafat adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Bagian dari keseharian semua orang. Filsafat adalah terjangkau dan memperkaya serta memperkuat kehidupan sehari-hari.

Mari sedikit mencermati catatan Driyarkara di atas.

Dalam porsinya, permainan (apapun bentuknya) mengajak pemainnya untuk terlibat ke dalam permainan. Tanpa keterlibatan pemain maka permainan tidak menjadi permainan yang hidup dan dapat dinikmati bersama. Ketidakterlibatan pemain dalam permainan secara total akan menghidupi dan menghidupkan permainan. Bila pemain hanya main-main dalam permainan dan tidak bersungguh-sungguh maka permainan dapat menjadi hambar. Bahasa Jawa memiliki kosakata "sepo" untuk makna hambar. Seperti sayur kurang garam.

Meski demikian, porsi permainan tetaplah harus merupakan permainan. Bila dibuat menjadi lebih sungguh melebihi permainan maka ia bukan permainan lagi. Porsi permainan yang ditujukan untuk menghasilkan kegembiraan, misalnya, dapat tidak tercapai bila ketidaksungguhan menjalani permainan sengaja dilakukan. Kegembiraan dalam bermain adalah salah satu inti dari permainan yang dimainkan dengan kesungguhan. Dengan totalitas.

Kegembiraan untuk kebahagiaan dalam permainan, bila ia sudah tercapai, pun juga tetap perlu dijaga supaya rasa bahagia yang diperoleh tetap mendatangkan kebahagiaan. Melakukan hal-hal karena dorongan rasa bahagia yang tidak terkendali dalam banyak kejadian dapat menghadirkan ketidakberuntungan. Beberapa bahkan menghadirkan celaka.

Bola dari "Klaras"

"Klaras" adalah daun pisang yang telah mengering. Daun pisang yang mengering terdapat pada pelepah yang sudah tua dan mengering. Bila diambilkumpulkan sambil dipadatkan, dapat dibentuk menjadi sebuah bola dengan ikatan tali plastik.

Membuat bola dari daun pisang kering adalah hal lumrah yang dilakukan oleh anak-anak dusun untuk menyiasati tidak berbelinya bola karena keterbatasan uang saku. Cara lain yang dapat ditempuh adalah dengan patungan uang receh untuk membeli bola plastik. Tetapi membuat bola dari daun pisang kering, seperti catatan Driyarkara, adalah bagian dari kesungguhan untuk menghidupkan permainan. Kebersamaan dalam permainan dapat terbangun semenjak permainan belum dimulai.

Generasi Pop di Tim Korea

Jaman sudah berubah seiring waktu yang bergulir. Membuat bola dari daun pisang kering rasanya sudah tidak dikenal oleh generasi yang lahir pada era digital. Perlengkapan bermain sudah lebih terbeli. Mulai dari pakaian, kaos kaki, sepatu sampai sarung tangan. Tiang gawang dari sandal jepit yang ditumpuk adalah cerita dari masa lalu. Dari waktu lampau.

Di perhelatan sekelas Piala Dunia yang diselenggarakan di Rusia, kegembiraan permainan salah satunya diwakili oleh generasi dari tim Korea. Rambut yang dipotong, diwarnai dan ditata sedemikian rupa menjadi daya tarik tersendiri. Banyak sangkaan bahwa tim dari Korea adalah bagian dari tim dengan performa yang tidak keras. Tetapi kenyataan di lapangan berkata lain. Mereka bermain keras dan liat. Tangguh dan kuat.

Di samping Jepang, Korea adalah tim yang membanggakan daratan Asia.

Mencaritemukan Permainan di Piala Dunia

Pada level Piala Dunia, ketika definisi terbaik semakin dibatasi oleh skor hasil akhir, kegembiraan dalam permainan tidak mudah ditemukan. Semua sudah direncanakan dengan teliti, teratur terencana dan sematang mungkin. Modal besar dibutuhkan untuk membangun tim yang kuat. Fasilitas yang hebat. Pada liga-liga top di daratan Eropa, pemodal adalah bagian dari permainan sepakbola. Terry Eagleton dalam salah artikel di The Guardian menggambarkan sepakbola adalah teman karib kapitalisme pada saat ini. A dear friend to capitalism.

Pertanyaannya adalah apakah, seperti gugatan Driyarkara, permainan sepakbola sudah dipersungguh?

Semoga apa yang dikemukakan oleh Sindhunata (2002) ini hanya dibatasi untuk event Piala Dunia: Sosiologi kritis misalnya, menilai bahwa semarak Piala Dunia belakangan ini tak lebih dari wajah kapitalisme yang paling mutakhir. Dalam kondisi tersebut apa yang dinamakan nilai dan makna dalam sepak bola telah dikooptasi oleh komersialisasi. Sepak bola tak lebih dari barang komoditas, yang di era ekstensifikasi media saat ini ia menjelma menjadi tontonan global yang massif.

Jangan-jangan kegembiraan dalam permainan sepakbola hanya dapat ditemukan di lapangan-lapangan sempit di tengah atau pinggiran kampung. Di mana di sana tidak ada iklan, tidak ada pemodal. Seragamnya bisa disamakan dengan bertelanjang dada, dan kaosnya dilempar begitu saja di pinggir lapangan. Ketika akhir waktu bermain adalah berkumandangnya adzan magrib.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun