Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gelora Jiwa Merdeka Tidak Pernah Meredup

17 Agustus 2016   19:51 Diperbarui: 17 Agustus 2016   20:53 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

img-20160816-201019-1-57b45cf9337b61d819d6ffe1.jpg
img-20160816-201019-1-57b45cf9337b61d819d6ffe1.jpg
Alunan tembang dalam suara bariton yang kuat dan menggetarkan itu dinyanyikan untuk mengawali acara tirakatan memperingati Hari Kemerdekaan RI ke-71 di RT 27 RW 04 Pemukti Baru, Tlogo Prambanan, Klaten yang berlokasi tidak lebih dari 1 km dari kompleks Candi Prambanan.

Bersama dengan warga RT lain di RW 04, semua warga tanpa kecuali khusuk-syukur berkumpul di sebuah tanah lapang yang ditanami dua pohon mangga yang sudah cukup berumur. Tanpa liputan media massa. Tanpa promosi. Tanpa poster. Tanpa gembar-gembor.  Segenap warga dengan takzim menziarahi kembali makna Kemerdekaan RI. Mendukung dengan dana, doa dan kehadiran. Dengan rela hati.

Ada lima hal yang yang diamanatkan oleh Ketua RW 04 yang didampingi Ketua RT 27, yaitu: mengusahakan kemakmuran bumi tanah kelahiran, melindungi para alim-ulama yang melakukan olah kesucian, mencintai bangsa dan mengasihi sesama, menepati janji dan melaksanakan sabda yang sudah diwartakan, menghormati kebenaran yang berkeadilan.

Serangkaian ajakan luhur yang diingat-segarkan lagi untuk dilaku-wujudkan oleh kami masyarakat sederhana di sebuah perdikan di lereng sebelah selatan Gunung Merapi.

Sebuah oase di tengah dinamika hidup berbangsa. Sebuah mata air yang kembali membasah-segarkan upaya yang kadang timbul-tenggelam, naik-turun seirama hidup berbangsa yang sangat dinamis.

Rumeksa Raharjaning Praja Bumi Kelahiran

Seperti yang sudah diupayakan para Bapak Bangsa di masa lalu, kemerdekaan diharap-dambakan menjadi gerbang bagi terwujudnya masyatakat bagsa yang secara bersama mewujudkan kemakmuran setelah bebas dari cengkeraman penjajah kolonialisme.

Sebuah upaya yang sampai hari ini tidak mudah diwujud-nyatakan. Pertama-tama bukan oleh gangguan yang dilakukan pihak lain, tetapi justru disebabkan oleh tidak mudahnya bertindak dengan konsekuen. Dengan komitmen. Dengan penuh tanggung-jawab dan laku bakti tulus-nir-pamrih.

Padahal tidak akan ada pihak lain yang berkewajiban untuk mengusahakan kemakmuran kalau bukan warganya sendiri, rakyatnya sendiri.

Ngayomi Para Wiku Pandhita Resi Ulama Kang Padha Ulah Pudya Mesubrata

Para alim-ulama adalah sumber dari kejernihan laku umatnya. Mereka seyogyanya tetap tekun dalam laku di jalan sunyi. Untuk tetap menjadi sumber tenaga dan cahaya di jalan yang seringkali dihampiri kegelapan. Sebuah upaya yang tentu sangat tidak mudah namun sangat luhur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun