Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Petani Setelah Bekerja Keras, Kemana THR Diusahakan?

2 Juli 2016   11:17 Diperbarui: 2 Juli 2016   20:30 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi - petani (KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA)

Di tengah bising teriakan dan hiruk-pikuk tentang Tunjangan Hari Raya (THR) oleh kaum pekerja di sektor industri dan jasa, kenaikan harga kebutuhan yang terus membumbung- meninggi hampir tidak ada kendali pada setiap menjelang puasa dan hari raya Idul Fitri dan keriuhan arus mudik kaum urban perkotaan, para petani seperti tidak memiliki ruang bersuara. Bahkan untuk sekedar berkeluh-kesah. Boro-boro mengharapkan dapat THR. Adakah yang merasa harus bertanggung-jawab memberikan THR kepada para petani?

‘Ngetung Mangsa’

Bila berharap untuk dapat memiliki panenan menjelang hari perayaan, para petani harus menghitung mundur jadwal tanam supaya panenan ‘jatuh’ pada saat yang diharapkan. Dengan memperhitungkan jenis dan kualitas bibit yang akan ditanam, cara penyiapan/pengolahan media tanam, lama masa tanam, mengira-hitungkan gangguan-gangguan/hama yang mungkin muncul selama masa tanam dan perawatan-pemupukan tanamanan yang tepat para petani melakukan proses panjang menyongsong masa panen tiba.

bajak-57773abca523bdf9038b456a.png
bajak-57773abca523bdf9038b456a.png
Ketika alam masih relatif seimbang pada saat belum terjadi perusakan alam yang menyedihkan, para petani tradisional di Jawa Tengah dan sekitarnya (seperti keluarga kami) cukup menggunakan ‘pranatamangsa’ untuk membantu menentukan jenis tanaman yang sesuai musim dan metoda perawatan sesuai kondisi alam. ‘Pranatamangsa’ adalah metoda yang disusun berdasarkan pengamatan kondisi alam dan pencermatan siklus yang terjadi seiring pergeseran musim.

mangsa-57773a68159373c40fd6f638.jpg
mangsa-57773a68159373c40fd6f638.jpg
Wikipedia sebagai media pranalar memberikan informasi tentang ‘pranatamangsa’. Pranåtåmångså berarti "ketentuan musim" adalah semacam penanggalan yang dikaitkan dengan kegiatan usaha pertanian, khususnya untuk kepentingan bercocok tanam atau penangkapan ikan. Pranata mangsa berbasis peredaran matahari dan siklusnya (setahun) berumur 365 hari (atau 366 hari) serta memuat berbagai aspek fenologi dan gejala alam lainnya yang dimanfaatkan sebagai pedoman dalam kegiatan usaha tani maupun persiapan diri menghadapi bencana (kekeringan, wabah penyakit, serangan pengganggu tanaman, atau banjir) yang mungkin timbul pada waktu-waktu tertentu. 

Penanggalan seperti ini juga dikenal oleh suku-suku bangsa lainnya di Indonesia, seperti etnik Sunda dan etnik Bali (di Bali dikenal sebagai Kerta Masa). Beberapa tradisi Eropamengenal pula penanggalan pertanian yang serupa, seperti misalnya pada etnik Jerman yang mengenal Bauernkalendar atau "penanggalan untuk petani". sebagai keperluan penelitian dan menandai pada tahun sebuah mangsa menggunakan angka tahun yang dimulai sejak 560 SM diambil dari Kelahiran Sang Buddha sebagai penghormatan bagi agama yang pernah berkembang luas di Nusantara, sehingga pada tanggal 30 Januari 2015 M adalah 39 Kapitu 2575 Mangsa.

Informasi tentang pranantamangsa secara cukup lengkap dapat diunduh di Pranata Mangsa

Ketika masih berusia sekitar lima tahunan, saya masih cukup ingat, Bapak sering menggendong dengan kain jarik di halaman pada waktu malam. Dalam dekapan tangannya yang kuat, Bapak sering bercerita tentang musim. Kalau cuaca cukup cerah pada malam hari, sering dibawa ke wetan ndeso untuk melihat lava dari Gunung Merapi yang bergulir turun menyusuri lerengnya yang terjal. Paling sering adalah menggendong di halaman rumah sambil diceritakan tentang rasi bintang. Dan kemudian dilanjutkan tentang tanda-tanda bila dihubungkan dengan pola tanam.

Kami juga mengenal ‘srigati’ untuk melakukan pola tanam tertentu. Salah satunya dengan mengamati hewan ‘kemonggo’, sejenis laba-laba yang cukup besar. Bila kepalanya menghadap ke atas, itu adalah saat untuk menanam palawija  Palawija  yang buahnya muncul di permukaan, seperti jagung. Pada saat 'kemonggo' kepalanya menghadap ke bawah atau ke tanah, itu adalah penanda untuk menanam palawija yang buahnya berada di dalam tanah, seperti misalnya ubi-jalar.

www.nasirullahsitam.com
www.nasirullahsitam.com
Pawon (dapur) adalah venue kami untuk melaku-awali  kegiatan di pagi hari. Biasanya sambil merancang-diskusikan kegiatan untuk hari tersebut atau pada hari-hari selanjutnya. Sambil menyiapkan minum dan sarapan di atas luweng (tungku). Di atas luweng dibangun pogo, yaitu tempat untuk menaruh kayu bakar supaya lebih kering karena terkena asap perapian dari luweng. Pisang yang sudah suluh (tua di pohon dan ada beberapa yang sudah menguning) biasanya diletakkan di pogo supaya lebih cepat masak dengan bantuan asap perapian.

Begitulah. Saya mempunyai masa kecil yang hebat. Hidup secara nyata dan riil. Menghidupi hidup kami. Merencanakan semuanya, supaya pada saat dibutuhkan kami mempunyai cukup persediaan. Simbah Kakung Kromodimedjo adalah petani yang hebat sehingga kami selalu memiliki cukup persediaan untuk kebutuhan hidup kami. Ada sayuran, palawija, beras atau buah-buah dari kebun seperti pisang dan sirsak. Simbah Putri kami adalah seorang ibu yang sangat luar-biasa. Sangat telaten menyiapkan minyak kelapa yang dibuat sendiri, sudah menyiap-buatkankan kue-kue lebaran pada saat seperti ini. Saya berutang pengalaman hidup yang amat berharga kepada mereka. Mengalami pembelajaran yang tidak hanya bertumpu pada buku-buku teks tetapi juga dari pengalaman-pengalaman yang sangat meneguh-kuatkan.

Semakin Berisi, Semakin Merunduk

Pada buku penuntun kehidupan tertulis, barang siapa yang sudah siap membajak sawah dan menengok ke belakang ia tidak layak memikul tanggung-jawab itu. Membajak sawah harus dilakukan dengan sangat fokus. Sekali tidak berkonsentrasi maka hasil membajak tidak akan baik. Bahkan dikatakan bila sudah memegang bajak, maka tidak boleh ada pikiran lain yang dipikirkan kecuali hanya membajak sawah, bila tidak ingin hasil membajaknya menjadi tidak beraturan. Bajak

Kesungguhan menjadi kata kunci dalam bertani. Hasil panen adalah keluaran dari keseluruhan proses yang dilakukan. Seperti dalam pertandingan sepakbola, konsentrasi yang dilakukan mulai dari menit awal sampai pada menit akhir. Gagal berkonsentrasi pada menit akhir dapat berakibat gawang kebobolan dan tidak dapat membalas karena tidak ada kesempatan. Gatot, gagal-total. Kerja-keras yang sia-sia. Malas menjaga dari serangan burung pipit dapat menghilangkan kesempatan memiliki panenan yang ditunggu.

Seluruh kerja keras dan kesungguhan yang menghadirkan pengalaman-pengalaman meneguhkan kemudian dirangkum menjadi “Ilmu Padi’. Semakin berisi semakin menunduk. Sebuah catatan perjalanan berproses. Sebuah peneguhan dalam menjalani sesuatu. Bahwa setelah seluruh kerja keras dan konsentrasi panjang tentap harus rendah hari. Tidak boleh jumawa, dan besar kepala. Gundhul Pacul

Harga Komoditi, Pertaruhan Tanpa Jaminan

Tentu kami hanya salah satu dari jutaan keluarga petani. Yang setelah bekerja keras di sawah dan huma, kemudian mempertaruhkan kerja-keras kami dengan ketidak-menentuan harga komoditi. Yang ketika panenan dimiliki, harga komoditi biasanya terjun bebas ke dasar jurang. Petani masih saja belum berhasil menentukan nasibnya sendiri. Wadah koperasi yang digadang dapat menjadi basis yang kuat bagi terbentuknya daya-tawar untuk menghargai kerja-keras semakin kurang menggema Koperasi. Sering kalah dengan para tengkulak dan spekulan.

Beberapa waktu yang lalu, sering petani tomat membiarkan tomat yang sudah dipanen dibiarkan busuk karena harga jual yang sangat tidak pantas. Untuk mengembalikan modal kerja saja tidak mencukupi. Kerja keras yang sudah dilakukan dengan peluh yang terkucur menjadi nyaris tanpa makna.

www.pupukkaltim.com
www.pupukkaltim.com
Pemerintah (baca: Departemen Pertanian) yang diharapkan menjadi katalisator dan regulator pertanian seringkali hanya menjadi petugas administrasi dan agen-distributor pupuk bersubsidi. Tahap penentuan harga jual yang diharapkan menjadi puncak proses perjalanan kerap-kali malah menjadi ironi yang mengiris hati. Duduk-diam-merenungi tanpa mengetahui apa yang dapat diperbuat. Ruang berpendapat tidak ada. Pendengar keluhan entah ada di mana.

Jalan Panjang

Sebagai anak yang terlahir di keluarga petani dan menghabiskan masa kecil di pematang sawah, tidak dapat untuk tidak terpikir tentang situasi para petani ketika berita tentang THR mengemuka pada setiap menjelang puasa dan Idul Fitri. Ketika harga kebutuhan membumbung. Ketika kaum pekerja di perkotaan yang sebagian sudah mapan sedang sibuk mempersiapkan kepulangan ke kampung halaman. Sementara dengan mobil sewaan supaya cukup mentereng. Sementara dengan pakaian dan dandanan yang mencolok. Sementara sudah menyiapkan perhiasan yang akan dipakai di kampung halaman.

Mungkin sebagian petani masih memakai sarung yang dipakai pada lebaran tahun lalu. Mungkin sempat membelikan anak-anaknya baju baru, sementara dirinya cukup dengan pakaian yang tersimpan di sudut lemari di petak kamar tidurnya. Situasi sudah berubah. Bila dulu menyiapkan kue-kue lebaran sesuai kemampuan asal tidak berhutang, sekarang kalau bisa berhutang dulu. Penyelesian dipikirkan kemudian. Bila para pekerja di perkotaan sudah mengantongi sejumlah THR, mungkin para petani harus tetap puas dengan semua yang diusahakan. Meskipun hasil penjualan tidak sesuai dengan yang direncanakan.

Meskipun semua tahu bahwa inti dari perayaan bukan pada pakaian baru dan kue-kue, tetapi sebagai manusia fisik membutuhkan penanda fisik. Meskipun sebagai manusia rohani juga mengetahui bahwa tidak semua hal fisik (seperti baju baru, perhiasan baru atau kendaraan baru) dapat membantu pendewasaan rohani.

Ada yang menyebutkan bahwa manusia adalah makhluk penuh paradoks.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun