Perilaku cerdas pertama yang kami lakukan adalah tetap tenang dan mematuhi protokol kesehatan yang diserukan pemerintah. Yaitu jaga jarak, cuci tangan, memakai masker saat berkegiatan di luar. Serta menjaga kesehatan dengan makan makanan bergizi seimbang dan berolahraga.Â
Sayangnya saya masih mendapati mereka yang acuh tak memakai masker saat di jalan. Sementara, jumlah pasien positif Covid-19 masih terus saja bertambah. Saya harap, kita semua bisa saling menjaga dengan disiplin dalam hal ini, demi kesehatan bersama.
Preventif Namun Tetap Bersikap Wajar
Tindakan preventif yang saya lakukan di tengah ketidakpastian ini adalah banyak menabung. Serta menunda konsumsi belanja yang sifatnya tidak mendesak, seperti membeli pakaian atau mereparasi sofa yang sudah mulai robek disana sini.
Namun karena hidup terus berjalan, maka saya juga tetap bertransaksi ekonomi secara wajar untuk memenuhi kebutuhan.
Menyaring informasi serta tidak ikut memperburuk situasi
Pada saat krisis biasanya banyak isu yang berkembang. Misalnya spekulasi mata uang atau isu kolapsnya Bank.
Bayangkan jika kita termakan isu tertentu, lalu melakukan tindakan impulsif, seperti ramai - ramai menarik reksadana, menjual saham atau menarik dana tabungan di Bank karena ketidakpercayaan pada Bank (rush money).
Misalnya pada kasus rush money seperti yang terjadi di bank Banten bulan April lalu. Yang selanjutnya terjadi, bank akan mengalami kesulitan likuiditas. Jika terus berlanjut, aktivitas operasional seperti penyaluran kredit akan terganggu. Dan hal ini dapat menghambat pertumbuhan sektor bisnis dan perputaran roda ekonomi.
Yang saya lakukan ditengah simpang siur arus informasi yang beredar adalah memilah informasi dengan benar. Serta tidak ikut melakukan aktivitas yang dapat merugikan perekonomian, seperti memborong mata uang asing.
Menghidupkan Perekonomian di Sekitar
Tidak seperti sebelum pandemi. Kini, setiap hari ada saja yang menawarkan dagangan di aplikasi perpesanan grup ibu - ibu warga perumahan. Mulai dari sembako, cemilan, frozen food, tas, baju, hingga masakan rumahan.
Saya tak bisa memastikan apakah anomali ini sebagai bentuk kreatifitas selama pandemi atau karena ekonomi rumah tangganya terdampak Covid-19. Namun sebagai warga perumahan, langkah kecil yang bisa saya lakukan adalah membeli dagangan tetangga sendiri.