Misalnya, lahan 1 hektare yang biasanya dikerjakan oleh 20 orang, kini cukup dikerjakan 3 orang dengan bantuan traktor canggih. Contoh lainnya, sinar matahari yang sangat dibutuhkan tanaman untuk berkembang, kini bisa digantikan oleh cahaya buatan (LED), sehingga proses budidaya tanaman bisa dilakukan dalam gedung.
Nah, berkaca dari fakta tersebut, jika Indonesia ingin mewujudkan  cita - cita  menjadi lumbung pangan dunia tahun 2045 dan meraih target swasembada pangan berkelanjutan, maka sinergi dengan teknologi adalah hal yang mau tidak mau harus dilakukan. Â
Konsep pertanian masa depan di Indonesia
Jika teman - teman sedang berkunjung ke Kota Bogor, cobalah untuk mampir ke Museum Pertanian Bogor yang terletak di jl Ir. H. Juanda No. 98 Bogor. Lalu pergilah ke Galeri Pertanian Masa Depan di lantai 3. Maka kita akan dibuat berdecak kagum oleh gambaran pertanian masa depan Indonesia dengan penerapan berbagai inovasi dan teknologi modern di dalamnya.
Sedangkan untuk lahan rawa sendiri potensinya seluas 21,82 juta hektare dari 34,1 juta hektare rawa yang dimiliki Indonesia. Bisa dibayangkan betapa kuatnya pangan Indonesia jika kita bisa memanfaatkan lahan menganggur ini.
Lalu proses tanam hingga panen juga dilakukan dengan bantuan alsintan (alat mesin pertanian) canggih terkoneksi jaringan yang memanfaatkan teknologi artificial intelligence (AI), cloud computing, serta konsep internet of things (IoT), sehingga alsintan dapat dikendalikan secara digital.
Contohnya ada autonomous tractor, pesawat drone untuk mendeteksi unsur hara dan kondisi tanaman, atau aero fertilizing (helikopter penyemprot pupuk).
Menariknya, aplikasi hasil tani online saat ini justru telah banyak dikembangkan oleh pihak publik atau swasta untuk mendukung petani lokal kita.  Sebut saja aplikasi Among Tani dari kota Batu, aplikasi TaniHub, etanee, Sayurbox dan masih banyak lagi.