Contohnya De Karedox's, usaha catering rumahan yang dikelola oleh bu Elfi Yuseha dan suaminya, dengan dibantu 4 orang karyawan.
"Kalu mau soto, ketoprak, gado - gado kita juga bisa Go Food ya bu. Cari aja, De Karedox's.", begitu katanya suatu ketika.
Aku akui bahwa masakan dan catering ala De Karedox's ini cukup memuaskan baik dari segi service maupun rasa masakannya sendiri. Itu sebabnya aku sering menggunakan jasa cateringnya. Namun rasa masakan yang enak tentunya tidak cukup menarik pelanggan untuk berdatangan.Â
"Habis pake GO-FOOD alhamdulillah makin laris bu. Cepet abisnya", lanjut bu Elfi.
Mulanya De Karedox's hanya menjalankan usahanya dengan strategi marketing 'word of mouth', alias dari mulut ke mulut. Namun setelah menjadi mitra GO-FOOD, ternyata penjualannya mulai meningkat, dan tentu saja hal tersebut berpengaruh terhadap laba yang didapat.
Jika GO-FOOD sudah cukup membantu dalam bidang pemasaran dan akses calon konsumen terhadap warung kita, maka yang diperlukan oleh pelaku usaha adalah berlomba - lomba mempertahankan kualitas dan cita rasa makanan untuk memuaskan pelanggan agar tergoda untuk repeat order dan repeat order lagi. Jika sudah begitu bukan tidak mungkin usaha kuliner yang baru dirintis bisa semakin berkembang.
Menjadi mitra GO-FOOD tentunya merupakan salah satu langkah tepat yang dilakukan para pelaku usaha kuliner untuk mengembangkan  usahanya.
Bentuk dukungan GO-FOOD dalam wujud gelaran Harkulnas
Data Kementerian Perindustrian mencatat, industri makanan dan minuman menyumbang 34,95% dari Produk Domestik Bruto (PDB) non-migas pada triwulan III 2017, atau meningkat 4% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Dan pada tahun 2018, industri makanan dan minuman tumbuh lebih dari 10% atau lebih tinggi dari tahun 2017 lalu.