Mohon tunggu...
Diar Ronayu
Diar Ronayu Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger dan Youtuber

Video creator di Channel YouTube Mama Unakira, sesekali menulis di unakira.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Difteri yang Bangkit Kembali

14 Desember 2017   11:56 Diperbarui: 14 Desember 2017   12:11 2510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhir - akhir ini mungkin banyak dari pembaca terutama kaum ibu yang dibuat ketar - ketir dengan pemberitaan mengenai wabah difteri di beberapa tempat. Hingga November 2017, 11 provinsi melaporkan Kejadian Luar Biasa difteri dan 32 kasus di antaranya meninggal dunia.

"Difteri ini bakterinya tidak berbahaya, tapi kalau sudah dapat inang bisa mematikan." Begitu kata temanku yang mendapatkan info ini dari kawan dokternya yang pernah menangani pasien difteri.

Sumber : Twitter.com
Sumber : Twitter.com
Bahaya dan pencegahan difteri
Gejala awal difteri ini mirip - mirip radang tenggorokan. Diawali dengan demam tinggi, batuk, susah menelan, pembengkakan di area leher, dan yang paling khas adalah adanya selaput putih abu - abu di area pangkal tenggorokan. Jika sudah parah, selaput putih itu bisa menebal dan menutupi jalan napas sehingga mengakibatkan gagal napas. Pada beberapa kasus, penderita difteri bahkan ada yang dilubangi tenggorokannya agar tetap bisa bernapas. 

Selain itu, bahayanya difteri adalah bakteri tersebut mengeluarkan racun atau toksin yang bisa melumpuhkan otot jantung, dan saraf yang dapat berakibat fatal pada penderitanya. Ketika seseorang mengalami gejala awal difteri, satu - satunya cara untuk mengetahui penderita tersebut positif difteri atau tidak adalah dengan analisa kultur jaringan oleh tenaga medis. Jadi jika orang terdekat anda mengalami gejala - gejala diatas, jangan ragu - ragu untuk segera dibawa ke dokter agar cepat tertangani.

Sebagai gambaran bahaya difteri, berikut ini saya salin sedikit cerita dari salah satu grup WA yang kebetulan juga sedang ramai membahas hal ini.

"Kemarin pas ke kontrol kandungan di RS. xxx , ada pasien anak SMP positif difteri buk dokter dan perawat yang meriksa (yang kontak langsung) langsung disuruh minum obat ma imunisasi. Iyaaa, heboh wingi, aq mbatin jangan - jangan pasien difteri terus aq takok ternyata iyo. Kemarin langsung disuruh minggir semua pasien yang lagi antri periksa. Alat tensi langsung disterilkan coz hbs dibuat periksa pasien itu, masker ma sarung tangan perawat yang kontak dibuang di plastik khusus."

Yang membuat resah adalah penyakit ini gampang sekali menular penyakit flu dan batuk. Misalnya terhirup udara saat penderita bersin atau batuk, menyentuh barang - barang yang sudah terkontaminasi penderita difteri, bisa juga dengan bersentuhan langsung dengan luka pada penderita difteri. Karena gampang menular dan mematikan, maka pasien yang positif difteri harus dirawat di ruang isolasi, barang - barang yang sudah disentuhnya disterilkan, orang - orang yang sudah kontak dengan penderita turut diperiksa, tenaga medis yang menangani juga mengenakan pakaian khusus.

"Imunisasi itu penting ya. Difteri itu sebenarnya sudah lama punah. Tapi karena ada sebagian kaum yang enggan mengimunisasi anaknya akhirnya muncullah lagi difteri ini. Apalagi ada kaum penggerak anti vaksin dengan teori - teori gak jelasnya yang embuhlah dapat darimana." Lanjut temanku menggebu - gebu.

Sumber : grup WA
Sumber : grup WA
Memang satu - satunya pencegahan difteri adalah dengan imunisasi DPT. Itulah kenapa imunisasi DPT ini masuk dalam imunisasi wajib. Pemberian vaksin ini dilakukan 5 kali pada saat anak berusia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, satu setengah tahun, dan lima tahun. Selanjutnya dapat diberikan booster dengan vaksin sejenis (Tdap/Td) pada usia 10 tahun dan 18 tahun. Vaksin Td dapat diulangi setiap 10 tahun untuk memberikan perlindungan yang optimal. Imunisasi itu efektif jika semua orang mau dan sadar vaksin. Tapi kalau ada sebagian kaum yang bandel ya beginilah jadinya. Penyakit kuno yang sempat punah akhirnya eksis lagi.

Gerak Cepat Pemerintah
Untuk mencegah perluasan penyakit difteri, akhirnya pemerintah melalui Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Dinas Kesehatan DKI Jakarta resmi melaksanakan Outbreak Response Immunization (ORI) difteri di tiga provinsi yaitu Dki Jakarta, Jawa Barat dan Banten pada 12 Kabupaten/Kota. Pemberian imunisasi dijadwalkan berkala selama tiga kali, yakni pada 11 Desember 2017, 11 Januari 2018 dan 11 Juli 2018. 

Sebelum terkena difteri
Bagi ibu - ibu yang memiliki anak kecil seperti saya saya tentunya punya kekhawatiran tersendiri terhadap Kejadian Luar Biasa difteri ini yang menurutku lumayan mengguncang dunia kesehatan di Indonesia saat ini. Apalagi daya tahan anak - anak belum sekuat orang dewasa sehingga rentan terkena penyakit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun