Everything will change, but one thing that never change is.. change itself.
Selama bumi masih berputar pada porosnya, perubahan adalah suatu hal yang mutlak terjadi. Hal itu karena adanya sekelompok masyarakat yang bersifat responsif terhadap ketidakpuasan atau permasalahan yang berkembang di masyarakat umum. Permasalahan tersebut akhirnya akan dipecahkan oleh suatu gagasan atau penemuan sehingga berdampak pada perubahan. Sedangkan salah satu aspek yang telah membawa perubahan besar dalam peradaban manusia adalah teknologi.
Jika anda penggemar genre film science-fiction, film - film semacam ini selalu menyuguhkan imajinasi teknologi masa depan yang seringkali membuat kita berdecak kagum. Seperti film Surrogates yang dibintangi Bruce Willis, dimana manusia pada tahun 2025 dapat melakukan segala aktivitas melalui robot pengganti yang terhubung secara digital dengannya. Sangat mencengangkan. Meskipun sulit diterima nalar, namun begitulah imajinasi yang coba dibayangkan para sineas film terhadap teknologi yang terus menerus berkembang.
Tanpa kita sadari, sebenarnya kita pun sedang menuju ke arah masa depan yang mungkin tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Beberapa dekade yang lalu, para sesepuh kita mungkin tidak pernah membayangkan kemudahan menanak nasi dengan magic jar, udara dingin yang dihasilkan AC, televisi yang berbentuk datar, dan sebagainya. Namun teknologi dan pemikir - pemikir di baliknya menawarkan segala kemudahan itu kepada generasi berikutnya.Â
Hingga sampailah kita di era digital ini. Era digital adalah istilah yang di gunakan dalam kemunculan digital, jaringan internet khususnya teknologi informasi komputer, sedangkan generasi yang hidup  di dalamnya, disebut generasi milenial. Pada jaman ini, temuan internet benar -  benar mengubah berbagai aspek kehidupan  manusia. Berbagai informasi mudah didapat hanya dengan duduk manis di kursi saja, atau bahkan sambil tiduran. Kehidupan generasi milenial semakin dipermudah dengan kemunculan berbagai start-up sehingga bermacam aktivitas yang tadinya dilakukan secara tradisional kini bisa dilakukan secara online, seperti jual beli online, transportasi online, dan sebagainya.Â
Seperti kata Charles Darwin, "It is not the strongest or the most intelligent who will survive, but those who can best managechange.". Meskipun penting, strategis dan dibutuhkan masyarakat, sektor perbankan harus memahami bahwa cara - cara tradisional yang tidak efisien dan memakan banyak waktu jelas tidak akan dilirik lagi. Perubahan harus dilakukan agar nasabah dapat melakukan transaksi perbankan dengan mudah dan cepat.
Tentang Danamon
Salah satu Bank yang cukup responsif memenuhi kebutuhan digital generasi milenial dari sektor perbankan adalah Bank Danamon. PT Bank Danamon Indonesia Tbk ini berdiri sejak 1956, dan per 30 Juni 2017 telah mengelola aset sebesar Rp176 triliun bersama anak perusahaannya. Danamon didukung oleh lebih dari 1.700 jaringan kantor cabang konvensional, unit Syariah dan kantor cabang anak perusahaannya serta jaringan ATM Danamon, ATM Bersama, PRIMA dan ALTO yang tersebar di 34 provinsi.Â
Dengan prestasinya yang beragam, tak diragukan lagi bahwa Bank Danamon merupakan pemain tangguh yang akan terus berinovasi dalam berbagai layanan. Danamon dengan digital journey-nya bersiap menghadapi kebutuhan perbankan di masa mendatang dengan melakukan pembenahan pada kanal komunikasi digitalnya antara lain media sosial, corporate website, serta aplikasi perbankan untuk memberikan kemudahan akses informasi dan transaksi perbankan bagi nasabah.
MediaSosial
Bank Danamon sepertinya menunjukkan performa terbaiknya dalam memanfaatkan media sosial sebagai sarana untuk berinteraksi dengan masyarakat. Melalui akun resmi media sosialnya di Facebook : Bank Danamon, Twitter : @danamon, Instagram : @myDanamon dan YouTube : BankDanamon, Bank Danamon nampak membangun image yang professional dan bersahabat. Kira - kira begitulah kesan yang saya dapat saat menjelajah akun medsos Bank Danamon.