Perusahaan menerapkan banyak strategi produksi yang sesuai dengan keinginan customer agar senantiasa bisa meningkatkan keuntungan dan bersaing dipasar (Dewiningrum et al., 2012). Perusahaan harus menentukan strategi produksi agar biaya produksi yang dibutuhkan tetap rendah namun bisa memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar. Berbagai macam strategi dilakukan oleh perusahaan agar bisa memenangkan persaingan pasar. Perusahaan harus cepat dalam merespon perubahan preferensi, melakukan inovasi dan perkembangan produk agar bisa senantiasa meningkatkan daya saing (Sihombing & Sitanggang, 2018).
Sampai pada tahun 1970an strategi produksi yang banyak digunakan pada berbagai industri adalah Mass Production (Ivanov et al., 2021) yaitu memproduksi produk secara masal atau banyak yang kemudian di pasarkan kepada konsumen, mass production memiliki kelebihan yaitu bisa memesan material dalam jumlah yang banyak serta teknologi dan material yang digunakan juga tidak banyak macamnya.
Namun strategi mass production kemudian dianggap memiliki banyak kelemahan diantaranya adalah ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi permintaan sesuai keinginan konsumen karena barang yang di produksi sama karena pada tahun 1980an permintaan pasar mulai sangat beragam dan individual (Ivanov et al., 2021) artinya konsumen mulai menginginkan barang sesuai dengan kriteria yang dia butuhkan, untuk mengatasi perubahan ini industri melakukan strategi produksi yang berbeda yaitu customization, pada strategi ini pembuatan barang akan dilakukan jika sudah ada permintaan dari konsumen tentu saja pada strategi ini material dan teknologi yang digunakan pun kebih beragam serta perusahaan juga harus selalu melakukan penyesuaian mesin maka terdapat pula ide yang mengkombinasikan mass production dengan customization yaitu strategi mass customization. Dengan strategi ini perusahaan membuat produk bervariasi sesuai dengan preferensi konsumen (yang sebelumnya di survey oleh perusahaan) namun dengan biaya yang efisien karena diproduksi secara massal.
Strategi berikutnya masih sejenis dengan customization strategy yaitu postponement strategy. Bentuk produksi dari strategi ini adalah perusahaan membuat produk yang sama secara massal sampai pada tahap tertentu atau bisa di sebut produk generic, kemudian ditunda penyelesaiannya sampai ada konsumen yang meminta agar produk tersebut diselesaikan sesuai keinginan mereka. Contoh perusahaan yang menerapkan sistem ini adalah perusahaan SONY ketika memproduksi PSP (Play Station Portable). Perusahaan membuat perangkat PSP sampai selesai, namun membuat berbagai jenis plug yang berbeda-beda sesuai dengan negara tertentu (Dewiningrum et al., 2012).
Seiring perkembangan zaman, berkembanglah pula strategi modularization. Menurut Baldwin dan Clark (1997) modularisasi adalah ketika membentuk sebuah produk yang kompleks dari beberapa bagian produk yang sudah didesain secara independent yang dapat berfungsi jika disatukan. Artinya perusahaan memproduksi komponen-komponen dari produk tertentu yang nantinya bisa disatukan untuk mendapatkan sebuah produk yang memiliki fungsi. Contoh penerapan dari strategi ini adalah pada proyek konstruksi, dimana komponen bangunan sudah terlebih dahulu dibuat di pabrik kemudian nanti disatukan untuk menjadi sebuah bangunan. Komponen ini bisa digunakan pada bagunan yang berbeda-beda seperti apartemen, rumah sakit dan lain-lain. Hal ini tentu saja akan mempersingkat periode Pembangunan dan menghemat biaya tenaga kerja pada lokasi konstruksi.
Semua strategi produksi yang sudah disebutkan diatas tentu bisa diterapkan oleh sebuah industri. Perusahaan harus menentukan strategi yang sesuai dengan kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan pasar dan keinginan konsumen namun dengan waktu yang efisien serta biaya produksi yang rendah agar bisa menghasilkan profit yang maksimal serta kepuasan konsumen agar perusahaan bisa terus bertahan dan berkelanjutan.
Artikel ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah manajemen operasional yang diampu oleh Prof. Dr. Achmad Firdaus, M.Si. Program Studi Manajemen Bisnis Syariah Institut Agama Islam Tazkia.
Sumber:
Dewiningrum, A. P., Restiannisa, K., & Sutopo, W. (2012). Penerapan Postponement Strategy dalam supply chain untuk menghasilkan produk yang mengutamakan kepuasan konsumen dan meningkatkan profit perusahaan. Rekayasa, 5(1), 31-36.
Ivanov, D., Tsipoulanidis, A., & Schnberger, J. (2021). Global supply chain and operations management. Cham: Springer International Publishing.
Sihombing, S., & Sitanggang, D. (2018). Analisis desain produk dan jasa. Jurnal Riset Akuntansi & Keuangan, 137-156.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H