Mohon tunggu...
Diar Herdyan
Diar Herdyan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

seorang pembelajar seumur hidup, sambil sesekali pesiar berwisata kuliner

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Fiksi Kuliner] Pulang ke Kotamu

6 Juni 2016   15:32 Diperbarui: 6 Juni 2016   17:35 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam hati aku sudah menandai sate Pak Slamet sebagai target yang harus ditandangi, termasuk sate kambing Pak Tholabi yang terletak persis di ujung perempatan Tugu. Saat becak-motorku tiba di perempatan Tugu dan bersiap untuk belok kanan, kulihat warung sate itu dengan pintu kayunya yang berwarna biru. Sate Tholabi memang baru buka pada sore hari hingga jauh malam nanti. 

Akhirnya tibalah aku di hotel Padma. Saat turun dari becak-motor aku sempat bertanya pada bapak tukang becak yang terlihat segar itu (maklum, sudah tidak payah mengayuh becak lagi), “Pak, sampeyan atene nangdi mari iki ?” (1)

“Mboten nate nangdi-nangdi, mas. Palingo nyanggong ngajeng embong mriki,” (2) Jawab si bapak sambil tersenyum. Agaknya dia tahu arah pembicaraanku. 

“Siip…! kalo ngono entenono aku sedilut, yo. Sampeyan tak bon dino iki,” (3) sambutku girang. Setelah menyelesaikan urusan administrasi, serah terima kunci dan meletakkan barang bawaan aku pun bergegas lagi menuju becak-motor tersebut.

“Ayo, pak! Saiki nang PKPN,”(4) seruku memberi perintah. Hari yang sudah menginjak siang dan kejemuan didalam bus telah menimbulkan rasa lapar pada perutku. Tanpa banyak cing-cong aku segera menuju tujuan utamaku siang ini: warung rujak cingur PKPN.

Buatku rujak cingur PKPN adalah sebuah nostalgia kuliner. Rasa petis khas Jawa timur yang gurih-gurih sedap berpadu dengan pedasnya rawit masihlah akrab di lidah, meski sudah lama tidak bertemu dengan kuliner khas ini. 

Warung rujak cingur PKPN ini amatlah bersahaja, hanya sebuah rumah  sederhana terletak di sebuah gang buntu samping gedung PKPN (Pusat Koperasi Pegawai Negeri) di Jalan. KH Wahid Hasyim. Di seberangnya terdapat Kebon Rojo, pusat jajanan sekaligus pacaran muda-mudi Jombang kala malam. Gang ini diapit oleh gedung Telkom disebelah kiri dan Toko swalayan Mitra di kanannya. Dulu swalayan ini adalah sebuah bioskop yang dikenal dengan sebutan Cineplex. Karena posisinya yang berdempetan dengan gedung PKPN inilah yang membuat ia dikenal sebagai warung PKPN.

Tapi semangatku yang membara terpaksa padam saat kulihat warung, atau lebih tepat disebut rumah, itu tutup dengan gembok terpampang didepan pintunya. Kecewa, aku hanya bisa tolah-toleh mencari orang untuk dapat kutanyai mengenai nasib warung rujak cingur kesayanganku ini.

“Wooo…sampun dangu tutupipun, mas,”(5) terang seorang warga yang sepertinya tinggal disekitar situ. Dengan lemas aku meminta bapak tukang becak-motor untuk putar arah kembali ke hotel. Semangat ku pupus sudah. Target rujak cingur gagal terwujud.

“Sampeyan atene andok rujak tah, mas ?”(6) tiba-tiba si bapak tukang becak bertanya. Aku mengangguk lemah, mataku memandang kearahnya dengan penuh harap. Berharap semoga ia bisa memberi solusi atas kegagalanku dalam misi kuliner ini.

“Rujak cingur sing ngetop yo rujake bu Bokin. Saking mriki caket, kok”(7) Mataku melebar mendengar kata-katanya. Ah, tidak salah aku memilih bapak ini untuk mengantarku karena dia bisa bertindak sebagai guide pada saat-saat darurat seperti sekarang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun