Mohon tunggu...
DIAN ZUHDA
DIAN ZUHDA Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya memiliki hobby traveling dimana hobby ini selalu memberikan inspirasi terbaik bagi saya ketika saya ingin menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pancasila sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia

13 Desember 2022   09:55 Diperbarui: 13 Desember 2022   10:11 55637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

JURNAL RELEKSI 

Pancasila sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia dan perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21.

 Entitas merupakan sesuatu yang memiliki keberadaan yang unik dan berbeda, walaupun tidak harus dalam bentuk fisik. Dalam hal ini, Pancasila sebagai entitas bangsa Indonesia telah memiliki ciri khas tersendiri yakni adanya keberagaman nilai yang terkandung didalamnya. Sedangkan Identitas merupakan refleksi diri atau cerminan diri yang berasal dari keluarga, gender, budaya, etnis dan proses sosialisasi.

Dalam hal ini, Pancasila berfungsi sebagai Identitas bangsa Indonesia, maksudnya adalah adanya suatu ciri khas yang berbeda dari bangsa lain karena seluruh masyarakatnya selalu berefleksi terhadap nilai-nilai atau pedoman yang terkandung pada Pancasila. Oleh karena itu, Pancasila merupakan identitas nasional yang perlu dan harus dilestarikan.

Tantangan Menghayati Pancasila Sebagai Entitas Dan Identitas Bangsa Indonesia 

Pancasila memiliki lima sila yang selama ini pancasila adalah sebagai dasar negara. Untuk itu sebagai dasar negara maka pancasila menjadi pondasi dalam setiap derap langkah pembangunan yang dilakukan, secara khusus pembangunan dalam bidang pendidikan.

Dalam konteks masyarakat Indonesia yang multi budaya, bahasa, agama, keyakinan, etnis, suku dan kearifan lokal. Pendidikan mempunyai peran penting dalam melestarikan keragaman di Indonesia, menjaga kesatuan, memelihara keharmonisan, dan mengembangkan kualitas ke-Indonesiaan.

  • Perubahan Mindset Guru
  • Pada perubahan mindset guru ini, dibutuhkan guru visioner yang terbuka dengan pembaharuan, dinamis serta adatif terhadap tuntunan peradaban

  • Pragmatisme Sikap Birokrasi Pendidikan
  • Kebijakan sesame birokrasi pendidikan di tuntut selaras dengan tujuan yang ingin diwujudkan. Sehingag semua kebijakan yang diambil harus mendukung kearah terwujudnya profil pelajar pancasila.
  • Kondisi Rill sebagai peserta didik
  • Kemrosotan karakter yang terjadi pada pelajar di Indonesia, kemrosotan yang sering dilihat yakni ada bentrik antar etnis, perkelahian antar pelajar, seks bebas dan lain -- lain. Pada pergaulan yang terjadi di anak sekolah yanki menajdi salah satu bukti bahwa mereka tidak siap dengan adanya perubahan,
  • Kesipan mental orang tua peserta didik
  • Menyiapkan peserta didik menghadapi abad -21 suatu hal yang wajib dilakukan oleh Negara. Namun tantangan-tantangan yang pasti akan mengiringinya juga perlu dianalisis secara mendalam. Dengan landasan ketuhanan, keikhlasan, dan nasionalisme keindonesiaan yang diterapkan oleh semua komponen terkait, kita optimis peserta didik kita kelak akan mampu menjadi generasi penyangga NKRI dengan segenap komponen yang menyertainya.
  • Proses pembelajaran
  • Pada proses pembelajaran untuk mengetahui sejauh mana siswa paham, guru dapat melakukan penilaian, pada penilaian di proses pembelajaran terdapat tiga ranah aspek yang di nilai. Yakni tiga ranah kognitif, sikap dan keterampilan.

Perwujudan Profil Pelajar Pancasila yang Berpihak pada Peserta Didik di Abad ke-21

Dalam mewujudkan Pancasila sebagai fondasi pendidikan Indonesia, kita sebagai guru harus memahami dan menerapkan sekaligus memberikan contoh terkait aspek-aspek yang terkandung pada profil pelajar Pancasila :

  • Beriman, Bertakwa Kepada Tuhan yang Maha Esa, dan Berakhlak Muli

            Pelajar Indonesia harus memiliki akhlak yang baik dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Dalam hal ini pelajar Indonesia harus memahami nilai akhlak beragama, akhlak pribadi, akhlak kepada manusia, akhlak kepada alam dan akhlak bernegara akhlak pribadi;

  • Berkebinekaan Global

Dalam hal ini berarti pelajar Pancasila harus mampu mempertahankan nilai-nilai luhur, kearifan lokal dan identitas bangsa. Namun disisi lain tetap memiliki wawasan dan keterampilan global dan mampu terbuka untuk berinteraksi dengan budaya lain. Sehingga diharapkan akan muncul rasa kebanggan dan cinta tanah air, secara bersamaan memupuk rasa saling menghargai budaya lain secara positif.

  • Bergotong royong

Budaya kolaborasi, kepedulian, berbagi dan secara sukarela menyelesaikan suatu pekerjaan secara bersama-sama agar bisa tuntas dengan cepat dan lancar merupakan cerminan dari identitas masyarakat Indonesia yang perlu dilestarikan kepada generasi muda.

  • Mandiri

Kemandirian berarti setiap peserta didik mampu bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran yang dijalaninya, sadar atas kemampuan diri, dapat mengendalikan emosi, mampu mengatur pikiran dan perasaan untuk mencapai tujuan.

  • Bernalar kritis

Bernalar kritis menunjukan kemampuan siswa secara objektif dalam memproses informasi dan bisa memberikan alternatif pemecahan masalah, mengelaborasi berbagai informasi, menganalisis, mengevaluasi dan menyimpulkannya.

  • Kreatif

            Peserta didik yang kreatif, berarti mampu menghasilkan sesuatu yang orisinal, bermakna, bermanfaat, dan memiliki dampak positif.

Mewujudkan Profil Pelajar Pancasila dalam Pembelajaran Abad 21 

Tentu saja dalam praktiknya, banyak cara dan metode yang bisa dilakukan oleh Guru dalam aktivitas pembelajaran guna mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.

Guru bisa menerapkan beberapa kegiatan berikut untuk menumbuhkan nilai-nilai Pancasila:

Awali dan akhiri pembelajaran dengan doa dan saling menyapa.

Putar film dan cerita-cerita inspiratif dalam kegiatan pembelajaran.

Bagikan nasihat dan cerita motivasi yang membangkitkan semangat murid

Menanamkan kebiasaan positif kepada siswa, seperti gotong royong, buang sampah, piket, dan sebagainya.

Buatlah penugasan yang memicu kreativitas dan budaya kemandirian. Seperti membatik, observasi di museum, studi kasus mengenai fenomena sosial dan lain sebagainya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun