Mohon tunggu...
Dian Yulia Kartikasari
Dian Yulia Kartikasari Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Penikmat alam, kuliner dan menyukai dunia tulis-menulis

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Eksotisme Pirla Kendari

30 April 2013   18:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:21 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada sebuah daerah yang jadi andalan sekaligus pusat keramaian di Kendari, Sulawesi Tenggara.

PirLa atau Pinggir Laut begitu sebutan masyarakat setempat untuk teluk ini. Pirla ini adalah ceruk yang langsung berhubungan dengan laut, dibatasi dengan semen yang menyerupai waduk, dimana pinggirnya ada kapal-kapal nelayan bersandar.

[caption id="attachment_258180" align="aligncenter" width="300" caption="Pirla"][/caption]

[caption id="attachment_258178" align="aligncenter" width="300" caption="Dermaga di Pirla Kendari"]

13673201741228516013
13673201741228516013
[/caption] Perjalanan saya pagi itu menyisiri Pirla, beruntung saya menemui Nelayan tengah menangkap ikan dengan jaringnya. Setelah saya tanyakan ternyata si Nelayan itu bukan Nelayan sungguhan melainkan PNS yang gemar menangkap ikan kala weekend datang. Hasilnya? tentu saja untuk para penunggu setia di rumahnya, istri dan anak-anaknya. [caption id="attachment_258182" align="aligncenter" width="300" caption="Nelayan "]
1367320411655159124
1367320411655159124
[/caption] [caption id="attachment_258184" align="aligncenter" width="300" caption="Ternyata memancing dengan jaring itu tidak mudah lho"]
1367320567103068517
1367320567103068517
[/caption] [caption id="attachment_258183" align="aligncenter" width="300" caption="Sisi jalan di depan Pirla"]
13673205041061678208
13673205041061678208
[/caption] [caption id="attachment_258186" align="aligncenter" width="300" caption="Laut kendari"]
1367320969106301467
1367320969106301467
[/caption] Lalu langkah saya terhenti kala melihat Ibu paruh baya menjemur ikan di semen pembatas laut dengan jalan raya itu, sontak saya hampiri dan menanyakan apakah ikan itu akan dijualnya di pasar. Lagi-lagi jawabannya mengejutkan saya, ternyata ikan itu hanya untuk konsumsi pribadinya. Hmm.. menarik, masyarakat sekitar Pirla memanfaatkan kekayaan lautnya untuk konsumsi pribadi saja. [caption id="attachment_258185" align="aligncenter" width="300" caption=":)"]
13673208771298798337
13673208771298798337
[/caption] Di malam hari Pirla ini berubah nama, seolah punya dua sisi berbeda ketika malam dan pagi hari. Saat malam datang Pirla berubah menjadi Kebi (dibaca dengan logat Indonesia Timur lho ya). Kebi lagi-lagi adalah singkatan Kendari Bliss, karena memang suasana riuhnya ketika malam. Sepanjang pantai kita bisa temui tempat karaoke "dadakan" ala tenda kaki lima, dengan lampu redup dan tirai-tirai yang dipasang setengah badan saat kita berdiri. Lagu yang dimainkan pun beragam, mulai dari dangdut koplo, house musik sampai dangdut ala goyang Pantura kalau di Jawa. Hiburannya? sudah pasti ala hiburan malam seperti di kota-kota lainnya. Perempuan-perempuan rata-rata usia 20-30'an duduk di depan tenda agar menarik hati supaya berkunjung ke tendanya. Saya pun berhenti di salah satu tenda. Bukan untuk bernyanyi tapi untuk makan Pisang Epe. Ternyata tidak jauh berbeda dengan kolak. Musik dengan volume besar dan kontras di kanan kiri telinga saya membuat saya kurang nyaman berlama-lama disana. Saya juga tidak berani mempublikasikan Kebi di malam hari, karena takut akan memancing hal tidak menyenangkan, hehee... (masih amatir nih) [caption id="attachment_258321" align="aligncenter" width="300" caption="Pisang Epe"]
13673863701848288448
13673863701848288448
[/caption] Keesokan harinya perburuan saya berlanjut ke atap hotel tempat saya menginap. Katanya kita bisa melihat view kota Kendari dari atas. Dan ternyata benar, saya yang phobia ketinggian sekejap berdiri bulu kuduknya kala sampai di atap hotel. Saya rogoh kamera saku saya dan langsung mendokumentasikan langit yang sedang indahnya. [caption id="attachment_258323" align="aligncenter" width="300" caption="Tampak menara masjid yang katanya menjadi icon khas Kendari"]
13673866351806864416
13673866351806864416
[/caption] Tempat favorit saya lainnya adalah Kopkit (Kopi Kita). Coffee Cafe tempat anak gaul Kendari biasa menghabiskan waktu sekedar buat nongkrong atau nonton bareng pertandingan Bola. Sayang karena terlalu asyik menikmati Ice Cappucino yang rasanya sampai sekarang masih berkesan di lidah saya, saya lupa mempublikasikan keadaan di dalam Kopkit, lebih parahnya lagi saya meninggalkan camera pocket di hotel. Waktu itu saya terlalu larut membahas pekerjaan dengan rekan kerja saya, rasa caffeine yang khas juga sepertinya membuat saya lupa sampai disana 2.5 jam tanpa satupun foto di dalam! Menyesal juga rasanya. [caption id="attachment_258322" align="aligncenter" width="300" caption="Beruntung masih bisa memakai camera smartphone untuk foto Kopkit dari luar"]
13673865031359037580
13673865031359037580
[/caption] Saya paling suka awan indah di Kendari saat siang, ketika tengah berkendara motor, tangan saya tidak lepas dari kamera, menangkap setiap sudut jalan di Kendari Kota Seratus Ruko. Memang saat ini banyak sekali ruko dan pemukiman dibangun disana.
1367386758763699427
1367386758763699427
1367386801353026430
1367386801353026430
Langit Kendari begitu indah, saat saya take off pun saya masih tidak ingin melepas momen melihat indahnya Kendari dari atas awan. Sungguh pemandangan luar biasa. Saya ingin kembali lagi suatu saat nanti, bukan hanya mengunjungi Kendari, tapi juga Wakatobi. Konon jauh lebih indah lagi pemandangannya :) [caption id="attachment_258329" align="aligncenter" width="300" caption="Daratan Kendari sesaat setelah meninggalkan Bandara Haluoleo"]
136738695593898072
136738695593898072
[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun